SRTG - PT. Saratoga Investama Sedaya Tbk

Rp 2.090

-70 (-3,24%)

JAKARTA – Dalam rangka mencari pilar bisnis tambahan, PT Saratoga Investama Tbk (SRTG) mencari kesempatan emas lewat investasi di sektor kesehatan dan energi terbarukan.

Hingga Maret 2023, SRTG dihadapi kesulitan untuk mencetak keuntungan dari portofolio investasinya, kini merugi Rp5,1 triliun, jauh dari keuntungan sebesar Rp3,9 triliun yang dicatat pada kuartal I tahun 2022.

Devin Wirawan, Direktur Investasi Saratoga Investama, mengakui penurunan kinerja ini. Hampir 85% dari portofolio investasi SRTG didominasi oleh perusahaan-perusahaan blue-chip, seperti PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) and PT Adaro Energy Tbk (ADRO), yang kinerjanya sangat bergantung pada harga komoditas yang fluktuatif.

“Oleh karena itu, kami berharap untuk mendapat pilar bisnis baru dengan melakukan investasi pada perusahaan-perusahaan non-SDA (Sumber Daya Alam), termasuk sektor energi bersih dan terbarukan serta sektor kesehatan,” tambah Wirawan.

Lebih lanjut, Wirawan mengakui bahwa untuk mendirikan pilar bisnis dengan kekuatanyang menyerupai ADRO dan MDKA akan menghabiskan banyak waktu. SRTG dilaporkan sudah menyiapkan belanja modal sebesar US$100-150 miliar untuk tahun ini. “Alokasinya bergantung pada kesempatan yang ada di pasar. Harapannya, dalam 1-2 tahun, kami akan dapat mendapat kesempatan investasi di sektor-sektor tersebut,” ujarnya.

SRTG diketahui telah menjual seluruh porsi saham pengelola Primaya Hospital, PT Famon Awal Bros Sedaya Tbk (PRAY), dua bulan lalu, setelah memajukan kinerjanya. Menurut Wirawan, pada akhir periode investasi SRTG, PRAY memiliki 16 rumah sakit, berkembang dari 4 unit pada 6 tahun lalu. (ZH)