JAKARTA – PT Bank UOB Indonesia memperkenalkan Program U-Solar 2.0, yang diharapkan menjadi katalis penggunaan energi solar, baik di segmen korporasi maupun individual. Namun, pihak UOB mengharapkan bantuan kebijakan yang dapat membuat utilisasi energi baru dan terbarukan lebih menarik untuk masyarakat luas.

Program U-Solar diinisiasi Grup Bank UOB sejak tahun 2019 di berbagai negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand. "Sekarang, dari pemerintah, target mix energy-nya juga sudah terlihat. [Energi] yang paling mudah dilakukan di semua tempat, ya, solar. Jadi, dengan wilayah kita yang begitu luas, jumlah populasi kita yang besar, kita [Indonesia] harusnya memiliki prospek yang sangat besar," ujar Susanto Lukman, Executive Director of Wholesale Banking UOB Indonesia, saat ditemui di konferensi pers peluncuran U-Solar 2.0 di Jakarta hari ini (25/7).

"Kalau melihat negara lain, yang lebih maju dari kita [Indonesia] itu Malaysia. Tapi, ketika kita pasang U-Solar [di Indonesia], kalau ada kelebihan energi, sekarang tidak bisa lagi kita jual ke PLN," tambah Harapman Kasan, Direktur Wholesale Banking UOB Indonesia.

Menurut Kasan, tantangan utama transisi ke energi baru dan terbarukan adalah biaya yang lebih tinggi, apalagi jika mengingat ramainya kebijakan pemerintah yang meningkatkan popularitas bahan bakar fosil, seperti batu bara dan gas alam.

"Yang menjadi hal utama adalah peran policymakers. Jika kita ingin mendorong inisiatif ini, perlu ada insentif, entah itu dari segi tarif, atau kelebihan energi yang bisa dimanfaatkan. Jadi, economic scale inilah yang menjadi tantangan untuk dapat memberikan suatu insentif pada end-users sehingga ini menjadi sesuatu yang menarik," tambah Kasan.

Selain kebijakan pemerintah melalui PLN dan Kementerian ESDM, Kasan juga menggarisbawahi pentingnya peran negara maju dalam membantu Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya memajukan gerakan keberlanjutan, terutama setelah adanya diskusi mengenai sustainability dan net zero emission pada G-20 lalu. (ZH)