DSNG - PT. Dharma Satya Nusantara Tbk

Rp 1.165

-35 (-3,00%)

JAKARTA – PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) mencatatkan pertumbuhan pendapatan pada semester I 2023 di tengah trend melemahnya harga Crude Palm Oil (CPO). Perusahaan membukukan pendapatan senilai Rp 4,4 triliun atau naik 15% secara tahunan. Segmen kelapa sawit masih menjadi kontributor utama pendapatan Perseroan, menyumbang 88% dari total pendapatan yaitu, sebesar Rp 3.9 triliun.

"Pada periode ini, produktivitas perkebunan dan volume penjualan mengalami kenaikan, walaupun harga CPO cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Produksi Tandan Buah Segar (TBS) naik 14% sedangkan volume penjualan CPO naik signifikan sekitar 41% seiring pembelian TBS eksternal yang lebih banyak,” jelas Andrianto Oetomo, Presiden Direktur DSNG.

Hingga semester I tahun ini, Perseroan berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp 360 miliar. Laba bersih tersebut mengalami penurunan sebesar 23% yang terutama disebabkan oleh meningkatnya biaya pupuk dan kenaikan volume pembelian buah TBS dari pihak eksternal untuk meningkatkan pendapatan Perseroan.

Sementara itu, EBITDA Perseroan tercatat sebesar Rp 1.04 triliun, mengalami penurunan 13% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, dengan margin EBITDA sebesar 24%, menurun dari 31,4% pada semester pertama tahun lalu.

Total aset tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 4% pada level Rp 16 trilliun, yang dikontribusikan oleh penambahan aset tetap dan persediaan. Sementara total liabilitas tercatat naik 8% menjadi Rp 7,8 trilliun, dan total ekuitas naik 0,5% menjadi Rp 8.2 trilliun.

Dari sisi operasional, produksi Tandan Buah Segar (TBS) tercatat sebesar 1,04 juta ton, naik 14% yang sejalan dengan pemulihan tanaman kelapa sawit yang masih terus berlanjut. Dengan tambahan volume pembelian TBS dari pihak eksternal, produksi Crude Palm Oil (CPO) meningkat 23% menjadi 304.335 ton. Pada periode ini, DSNG juga berhasil memperbaiki FFA level dari angka 3.87 menjadi 3.07, menjamin kualitas CPO Perseroan yang lebih baik.

Sementara itu, kinerja segmen produk kayu masih kurang menggembirakan setelah mengalami sentimen pasar bullish pada tahun sebelumnya. Volume penjualan produk panel lebih rendah dari tahun sebelumnya karena kondisi pasar Jepang yang cenderung overstock, sementara pasar Amerika Serikat, Kanada, Eropa juga masih terdampak pada faktor inflasi yang relatif tinggi. Akibatnya, segmen produk kayu hanya mencatatkan pendapatan sebesar Rp 505 miliar atau mengalami penurunan sebesar 36% YoY (Year-on-Year). Namun demikian, pada kuartal kedua ini segmen produk kayu ini mencatatkan perbaikan volume penjualan dibandingkan kuartal pertama, di mana produk panel meningkat 7.8% dan produk engineered flooring naik 13.9% QoQ (Quarter-on-Quarter).