BCA miliki 450 debitur layak kriteria taksonomi hijau
JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) optimistis pembiayaan sektor keberlanjutan (Environment Sosial Governance/ESG) akan tumbuh sejalan orientasi pemerintah mendorong net zero emission 2060. Saat ini, porsi kredit ke sektor ini hampir mencapai 25% dari total kredit Rp 735,9 triliun.
Vera Eve Lim, Chief Financial Officer (CFO) PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mengutarakan pertumbuhan pembiayaan sektor keberlanjutan berpotensi terus naik seiring meluasnya sub sektor usaha yang akan dibiayai. "Saya lihat dalam tiga tahun terakhir dan pembiayaan yang cukup meningkat tajam yaitu, area yang renewable energy, energi yang lebih efisien dan bisnis line yang mendukung environment yang lebih baik, itu pembiayaannya juga meningkat," katanya dalam wawancara dengan IDNFinancials.com, kemarin (2/8).
Menurut dia, pembiayaan BCA ke sektor keberlanjutan telah mencapai kisaran Rp 181 triliun di semester I 2023. Jumlah ini terus meningkat dibandingkan lima tahun lalu, di mana sektor ini masih minim mendapat perhatian pembiayaan bank.
Dalam tiga hingga lima tahun kedepan, katanya, akan terus meningkat meski tidak mencapai 50% dari total kredit yang akan didistribusikan karena berbagi dengan kredit lainnya, seperti kredit konsumer yakni, Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) dan lainnya.
"Demand terhadap pembiayaan sektor keberlanjutan ini juga meningkat terus. Tentu, ini perlu juga didukung oleh kebijakan pemerintah," katanya.
Menurut dia, BCA memiliki debitur 450 perusahaan yang layak mendapat pembiayaan berkelanjutan seiring penerapan Taksonomi Hijau Indonesia. Namun agar pembiayaan lebih maksimal dibutuhkan kebijakan antarkementerian agar perusahaan lebih masuk lagi pada energy yang lebih environment friendly. "Kalau itu diintegrasikan dan OJK juga mengharuskan bank menilai sektor-sektor hijau atau tidak hijau, itu akan ter-create sinergi yang lebih bagus," katanya. (LK)