Sampai akhir tahun, BCA opimistis pembiayaan untuk EV capai Rp 1 triliun
JAKARTA - Pada edisi sebelumnya, Vera Eve Lim, Chief Financials Officer (CFO) PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menyampaikan kucuran kredit sektor keberlanjutan mencapai kisaran Rp 181 triliun pada semester I 2023. Pembiayaan tersebut sejalan dengan program pemerintah mendorong capaian net zero emision pada 2060. Tulisan berikut ini memuat kelanjutan wawancara yang telah dimuat pada pekan lalu (3/8).
Sebaran paling banyak pembiayaan keberlanjutan BCA di wilayah mana?
Kalau kedudukan kantor pusat paling banyak di Jakarta, tapi usahanya, pabriknya ada di mana-mana. Contohnya, kalau sektor plantation mungkin tersebar banyak di Sumatera dan Kalimantan. Contoh, sektor CPO, 68% debitur kami sudah sertifikasi. Ini peningkatan yang cukup tajam di bandingkan 5 tahun yang lalu. Ini kami mengencourage. Jadi, saya pikir sedikit butuh waktu. Tidak mengharapkan (menjangkau) 100% karena debitur ini bisnisnya juga beda-beda, ada yang hanya focus untuk pasar domestik. Jenis sertifikasinya tidak harus semua yang RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil,red) untuk Eropa, ada yang ISPO (Indonesia Sustainibility Palm Oil,red), dan sebagainya.
Sektor usaha yang kami biayai mencapai 68%, ini sudah luar biasa, karena hampir 70% portofolionya bersertifikasi. Kami harapkan akan meningkat terus dan untuk pembiayaan baru sudah menjadi satu persyaratan. Kami sudah memiliki lima sektor usaha yang kategory high risk menurut definisi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ada 12 sektor kategori berisiko. Dari 12 kategori itu, lima kategori sudah kami perbaharui kebijakan kreditnya agar kebijakan itu in-line. Pembiayaan berkelanjutan di sektor plantation paling banyak, transportasi, dan semen.
Pada semester pertama ini, kami launch pertama skema Sustainable Loan Link (SLL). Pada semester pertama portofolionya mencapai Rp 200 miliar. Ini akan meningkat karena bank ready membiayai. Kalau ada SLL, bank sudah berani membiayai. Tahun lalu, belum ada bicara produk ini.
Bagaimana untuk kredit keberlanjutan ke usaha mobil listrik dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)?
Total pembiayaan ke Electric Vehicle (EV) hanya Rp 17 miliar. Pada semester pertama, kredit ke usaha itu sudah hampir Rp 800 miliar. Pembiayaan ini jadi menarik, dan dari expo kami, minat konsumen terhadap EV cukup banyak. Memang belum banyak pilihan juga, tapi itu contoh pembiayaan ke kendaraan listrik. Saya yakin untuk full year mungkin mendekati Rp 1 triliun.
Strategi BCA mendongkrak kredit?
Kredit kami untuk posisi semester I tumbuh 9%. Di korporasi, kalau kami lihat segmen by segmen korporasi, tumbuh lebih kurang sedikit di bawah target, masih 5,4%-an. Tapi sektor-sektor lain, UMKM tumbuh 15,5%, KPR tumbuh 12%, KKB tumbuh 19%, kartu kredit tumbuh 15%. Kami lihat sektor-sektor ini sudah tumbuh jauh di atas 12%. Guidance kami tahun ini total kredit untuk BCA tumbuh dikisaran 10%-12%. Tapi pertumbuhan yang bisa dilihat di BCA dalam 18 bulan terakhir. Kami tidak hanya fokus di korporasi tapi retail loan, konsumer loan, UMKM juga kami pust tumbuh besar. Khusus KPR dan KKB, pembiayaan baru di quartal kedua KKB record high. KKB sendiri dibanding tahun lalu untuk new financing tumbuh di atas 30%.
Kami bisa lihat memang setelah pandemi, ekonomi recovery ini luar biasa untuk Indonesia dan fent of demand, terutama untuk sektor-sektor seperti KKB, KPR luar biasa tinggi. Jadi, corporate target kami juga sama pertumbuhannya 10%-12%. Tahun ini, kami harapkan itu akan lebih banyak di semester kedua yang tidak kalah menarik adalah kredit environment investasi year on year (yoy) tumbuh 12%, sedangkan working capital tumbuh sedikit di bawah 6% year on year. Kredit investasi is good sign setelah pandemi kredit investasi bisa tumbuh 12% yoy dan sektor-sektor dalam kredit investasi ini semakin bertambah. Saya pribadi melihat ini luar basa untuk ekonomi kita. Kredit kalau khusus ke UMKM sebesar Rp 105 triliun dan tumbuh 15,5%.
Beban bunga dan syariah naik menjadi Rp 5,60 triliun di semester I 2023 dari 3,96 triliun di semester I 2022. Apakah kenaikan beban bunga apakah imbas kenaikan DPK?
Sebenarnya kenaikan bunga ada di Deposito. Kami memang menaikan bunga Deposito di awal tahun ini, sebanyak dua kali karena dengan pertimbangan saat ini bunga acuan Bank Indonesia (BI) naiknya sudah besar dari 3,5% ke hari ini peningkatan cukup besar. Jadi, gap antara bunga Deposito dengan instrument investasi yang lain juga kami perhitungkan. Jadi, ini untuk kepentingan nasabah juga. Oleh sebab itu, kami menaikkan bunga deposito di awal tahun ini. Peningkatan beban bunga itu mayoritas itu karena ini, tapi berdampak terhadap cost of fund. Karena deposito itu (CASA) itu 81% dari total funding. Jadi, deposito itu 19%. Dampak kenaikan cost of fund tidak besar sebenarnya, kisaran 10 basis points (bps).
Sampai akhir tahun kenaikan beban bunga BCA bagaimana?
Perkiraan kami peningkatan bunga The Fed, paling banyak 25 bps sebelum akhir tahun. Untuk bunga rate paling bertahan 25 bps, malah ada yang melihat adanya penurunan bunga. Saya lihat tidak ada room untuk kenaikan cost of fund. Saya pikir kenaikan cost of fund mungkin sudah seperti hari ini.
Selesai (LK)