PRDA - PT. Prodia Widyahusada Tbk

Rp 2.670

+60 (+2,00%)

JAKARTA - PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) mendukung investasi pada sektor kesehatan, serta membuka dirinya untuk berbagai kesempatan investasi di masa depan.

Menurut Liana Kuswandi, Direktur Keuangan Prodia, saat ditemui di acara Prodia Meet the Press hari ini (27/9), potensi pasar investasi di sektor kesehatan di Indonesia masih sangat luas. "Rata-rata pertumbuhan [beban belanja] kesehatan itu 7%, lebih tinggi dari pertumbuhan GDP," ungkapnya.

Namun, Kuswandi juga memaparkan bahwa di balik potensinya, investasi pada sektor kesehatan dapat terhambat karena berbagai faktor risiko. Beberapa di antaranya adalah isu-isu dalam rantai pasok bahan baku dan alat kesehatan, kualitas tenaga kesehatan, dan tingkat inflasi.

"Hilirisasi itu penting," ujar Kuswandi, "industri kesehatan itu harus berkolaborasi. Kami akan sangat terbantu apabila industri ini punya dokter yang berkualitas, rumah sakit yang bagus, dan didukung oleh bahan baku dan alat-alat buatan dalam negeri."

Sebagai perusahaan yang bergantung pada bahan baku impor, Prodia memiliki trik tersendiri untuk mengatasi fluktuasi kurs. "Kami sudah mengatasinya dengan perjanjian kerja sama, berupa kontrak pembelian reagen dari pihak luar dengan rentang harga yang sudah ditetapkan," ungkap Kuswandi. Perjanjian biasanya aktif selama 4-5 tahun, seperti umur bahan baku dan pemasangan alat kesehatan pada umumnya.

Sementara itu, Kuswandi menambahkan bahwa Prodia juga mendukung peningkatan kualitas tenaga kesehatan profesional dengan mendanai penelitian untuk dokter spesialisasi, menyediakan fasilitas untuk mengembangkan tes-tes baru, hingga menyediakan jurnal ilmiah untuk memperkaya edukasi praktisi kesehatan.

Untuk menarik investasi dari pihak luar, Prodia juga kini mengikuti arus digitalisasi dan mengembangkan U by Prodia. Menyiapkan belanja modal hingga maksimum Rp400 miliar tahun ini, Prodia memang mengalokasikan 50%-nya untuk pengembangan IT. Hingga Maret 2023, aplikasi ini sudah mencatatkan 117 ribu pengguna.

Namun, akibat gencarnya investasi di platform digitalnya, Prodia harus merelakan labanya di H1 2023 turun akibat aktivitas pemasaran. Walaupun pendapatan naik 2,5% year-on-year (yoy), laba bersih turun 7% yoy menjadi Rp148,77 miliar. (ZH)