BBCA - PT. Bank Central Asia Tbk

Rp 9.850

-225 (-2,00%)

JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) enggan melakukan ekspansi ke negara di kawasan ASEAN meski mencatatkan market capitalization Rp 1,10 kuadriliun. Emiten perbankan dengan market cap terbesar ini fokus di dalam negeri karena lebih cost operational lebih efisien dibandingkan di luar negeri.

Jahja Setiaadmadja, Direktur Utama Bank BCA menyampaikan membuka kantor cabang di luar negeri perlu berada di lokasi strategis agar mudah dijangkau dan dikenal oleh calon nasabah. "Sebagai pendatang baru, kami kan belum dikenal oleh masyarakat di negara tujuan, selain hanya investor (BCA,red) tertentu. Apa untungnya bagi BCA ada di luar negeri karena costnya lebih mahal, cost bunga mahal, dan operation cost mahal," katanya ditemui IDNFinancials di Jakarta, kemarin.

Selain itu, kantor bank mesti mempekerjakan tenaga kerja lokal dengan upah sesuai standard di negara tersebut, yang menyebabkan cost operasional tinggi. Biaya operasional itu akan berimbas pada bunga pinjaman yang tinggi. "Apa jadinya? Kalau saya mau kasih pinjaman, pasti interest juga harus tinggi kalau tidak bagaimana bisa untung?," katanya.

Menurut dia, kalau ada bank terkenal di Amerika Serikat (AS) hadir di Indonesia, maka belum tentu mudah dikenali masyarakat. Sama  halnya bila BCA membuka kantor cabang di Kuala Lumpur, Malaysia atau Singapura juga belum tentu dikenali masyarakat di sana. Maka kalau calon nasabah ingin ke bank, pasti akan mencari bank yang sudah dikenal di negara tersebut.

Sejumlah bank asing yang pernah beroperasi di Jakarta, Indonesia, kini berkurang perlahan-lahan. "Sebelum tahun 1998 (menyebut sejumlah bank asing) semuanya raja di Jakarta. Sekarang gone satu-satu. Mereka saja tidak bisa regional apalagi saya keluar negeri," kata Jahja.

Oleh karena itu, katanya, BCA memilih fokus di Indonesia karena menyerap tenaga kerja lokal dibandingkan ekspansi ke luar negeri tapi merugi. Pengalaman BCA pada 2008 dan 2009, katanya, merugi meski telah mengoperasikan enam gerai remiten center di Kualu Lumpur. "Saya panggil tim, kami hitung bareng-bareng ternyata untuk break event saja, itu harus 16 outlet. Saya harus tambah 10 outlet lagi dan itu baru enam tahun baru bisa break event. Kami cut loss saja. Ganti bisnis model. Kami kerja sama dengan money changer bank local beberapa money changer system kami taruh langsung profit sharing. Dalam sembilan bulan saya rubah langsung untung," katanya.

Dengan pengalaman itu, katanya, kalau BCA membuka kantor cabang di luar negeri maka perlu enam tahun agar diketahui hasilnya. Selain itu, pihaknya menghindari persaingan antarbank Indonesia yang telah membuka cabang di luar negeri. "Menurut saya is not visible for me. Jadi, saya pilih akan tetap konsentrasi di Indonesia, tidak pernah berfikir regional," ujarnya.

Per triwulan III 2023, BCA membukukan laba bersih Rp 36,44 triliun, nai dari periode serupa tahun 2022 sebesar Rp 28,96 triliun. Pendapatan bunga dan syariah emiten ini Rp 55,71 triliun, naik dari Rp 45,95 triliun. (LK)