MTEL - PT. Dayamitra Telekomunikasi Tbk

Rp 655

-10 (-1,50%)

Theodorus Ardi Hartoko; MTEL akan masuk ke regional dan global

JAKARTA – Tempo-IDNFinancials menobatkan Theodorus Ardi Hartoko, Direktur Utama PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) sebagai The Best CEO In Wireless Telco and Services pada malam Top CEO 2023 di Sofitel Nusa Dua Beach Resort, Bali, akhir pekan lalu (1/12). Predikat itu disematkan atas perannya membawa pertumbuhan kinerja emiten itu pasca debut di pasar modal pada November 2021.

IDNFinancials mewawancarai Teddy, nama panggilannya, terkait MTEL saat menghadapi masa pandemi Covid-19, kinerja, budaya kerja dan rencana ekspansi bisnis, beberapa waktu lalu. Berikut petikannya.

Q. Bisa dijelaskan imbas pandemi Covid 2019 terhadap bisnis MTEL?

A. Secara global, berpengaruh terhadap perekonomian dunia, di mana pergerakan manusia, atau komunikasi secara langsung, menjadi terbatas. Momentum itulah yang, sebetulnya, di sektor telekomunikasi, menjadi satu hal tersendiri, karena dengan pembatasan yang dilakukan, mau tidak mau, infrastruktur telekomunikasi menjadi salah satu penggerak terhadap perekonomian di dunia itu sendiri.  Jadi, apakah itu berdampak kepada Mitratel secara langsung? Pasti berdampak, tapi tidak terlalu dalam impact-nya, karena infrastruktur yang dimiliki Mitratel adalah infrastruktur penunjang telekomunikasi, yang notabene sangat relevan dengan kebutuhan orang pada saat itu.

Apa saja impact yang terjadi? Tentu, kami menjaga keberlangsungan infrastruktur, pembatasan, orang dan sebagainya. Pembatasan pergerakan itu menyebabkan kami sedikit harus mempunyai cara yang lain. Kami telah memetakan hal tersebut, sebagai satu contingency plan, atau business continuity plan tersendiri. Kami harus bisa memastikan seluruh layanan yang ditunjang oleh infrastruktur kami tetap bisa berjalan dengan baik. Secara bisnis, karena skema kami skema sewa jangka panjang, itu tidak terlalu berdampak.  

Ekspansi juga tetap berjalan karena dorongan infrastruktur telekomunikasi sebagai penunjang di masa pandemi tidak terbendung kami juga harus mengimbangi itu sebagai satu bentuk tanggung jawab untuk mendukung untuk terselenggaranya layanan itu di Indonesia. Jadi bisa kami sampaikan business continuity plan yang kami susun, yang kami implementasikan cukup berjalan normal, sesuai rencana, dan dinikmati oleh pengguna telekomunikasi di Indonesia.

Q. Ada pembatasan karyawan masuk kantor atau tidak?

A. Pembatasan karyawan untuk ke kantor—kami sebut sebagai work from home (WFH) atau flexible work arrangement (FWA). Artinya kami melakukan pembatasan, karena memang pandemi ini nyata, dapat menular dengan cepat, dan salah satu upaya untuk itu adalah menjaga sesuai dengan protokol kesehatan. Mau tidak mau, kami juga menaati seluruh intruksi ataupun seluruh protokol yang sudah ditetapkan. FWA kami lakukan, pertama, melalui pembatasan jumlah karyawan yang masuk dalam suatu ruangan. Kedua, kami melakukan proses koordinasi dan meeting dan sebagainya menggunakan media online, dan yang lebih terpenting lagi kami punya platform untuk tetap mengontrol produktivitas seluruh karyawan.

Jadi, meskipun secara fisik tidak berdekatan, kami bisa memastikan bahwa karyawan tetap bertanggung jawab terhadap tugas dan fungsinya. Kami melakukan kontrol melalui platform kinerja yang sudah kami punya. Jadi sudah tentu pembatasan itu ada, tidak mungkin kami melanggar protokol, karena pandemi ini nyata ada.

Kalau sekarang, kami sudah tidak menggunakan protokol pembatasan kerja. Kami sudah menggunakan mode normal, karena sekarang pandemi sudah dicabut. Sekarang kami masuk ke era new normal. Tetapi, cara bekerja kami, pada saat itu, yang tidak berinteraksi secara langsung, itu bisa produktif. Sekarang pun kami juga bisa mengadaptasi beberapa cara bekerja yang seperti itu, yang ujungnya membuat kami lebih efisien secara waktu dan efisien secara resource. Kami tidak perlu lagi sedikit-sedikit harus menemui, atau rapat secara fisik, ke suatu tempat tertentu. Kalau itu memang dimungkinkan, kami koordinasi secara online. Saya kira ukurannya seberapa produktif yang semua tanggung jawab berhasil kami penuhi.

Q. Budaya kerja di MTEL seperti apa?

A. Tentu kami mempunyai core value yang menjadi pijakan kami sebagai entitas di lingkungan BUMN. Kami mempunyai core value yang namanya core value AKHLAK: Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaburatif. Kalau didefinisikan, panjang. Tetapi yang jelas, kami sudah membuat turunan seluruh perilaku sesuai dengan core value AKHLAK. Perilaku-perilaku AKHLAK itu menjadi pedoman keseharian kami, bahkan kami sudah menyusun satu pedoman menjadi bentuk perilaku yang harus dilakukan dan perilaku yang tidak boleh dilakukan; do and don’t’s. Itu sangat kami pegang teguh dan proses aktivasinya pun kami monitor penuh. Setiap periode tertentu kami melakukan proses evaluasi terhadap perilaku-perilaku yang sudah sesuai dengan value AKHLAK ataupun evaluasi terhadap perilaku yang belum sesuai dengan core value AKHLAK. Jadi, kami sangat beruntung mempunyai satu guidance terkait perilaku korporasi yang in-line dengan value yang ada di dalam ekosistem BUMN.

Q. Implementasi konsep ESG di Mitratel bagaimana?

A. Kalau berbicara ESG, tentu kita berbicara apa makna dari ESG itu sendiri. Jadi kalau ESG, kami melihat dalam perspektif bahwa perusahaan harus mempunyai pertumbuhan yang jangka panjang dan tentu sehat. Untuk itu, tentu tidak semata-mata ditunjang oleh fundamental ataupun kinerja perusahaan yang semata-mata mencari untung. Jadi, kami harus berfikir bahwa ESG ini bentuk kontribusi perusahaan untuk mempunyai tanggung jawab kepada lingkungan di luar perusahaan.

ESG ini ada tiga unsur: environmental, social, and governance. Dari sisi environmental, Mitratel melakukan beberapa aktivitas menekan emisi karbon yang dihasilkan. Salah satunya penggunaan renewable energy; kami mempunyai kurang lebih 615 sampai hampir 650 site yang dikonversikan dalam bentuk renewable energy, yang sebelumnya menggunakan energi atau bahan bakar fosil. Nanti kami bisa lihat di beberapa daerah: Kalimantan, sebagian di Sulawesi, dan banyak di wilayah timur, kami mengonversi penggunaan energi fosil menjadi energi yang terbarukan melalui solar panel. Sampai saat ini kami masih terus melakukan inovasi untuk mencari potensi-potensi lainnya, yang berdampak terhadap keberlangsungan lingkungan.

Kedua, terkait aspek sosial. Kami mempunyai kepedulian tersendiri untuk memberikan kontribusi kami pada masyarakat yang kekurangan. Salah satunya, pada saat pandemi, kami juga melakukan satu movement dengan mendonasikan sebagian profit kami dan juga donasi dari para karyawan kami untuk masyarakat yang terimbas pandemi. Beberapa sektor yang kami lihat terimbas, tentu, adalah sektor transportasi. Dulu pergerakan manusia dibatasi, sehingga ojek, taksi, kendaraan umum tidak boleh beroperasi. Ini sangat berdampak kepada masyarakat yang mempunyai profesi tersebut.

Kami juga melakukan beberapa kegiatan kepedulian dalam bentuk sumbangan penyaluran air bersih di Jawa Tengah, di tengah hutan di daerah Sragen, di Bali, dll. Ini adalah salah satu bentuk aspek sosial yang sudah dilakukan, termasuk hal-hal yang sifatnya ke arah pelestarian budaya. Pada saat pandemi, beberapa pelaku budaya juga dipastikan tidak mempunyai penghasilan yang cukup. Tapi menjelang masa pandemi akan berakhir, kami mengundang mereka atau melakukan beberapa pertunjukan daerah, yang menjadi kontribusi untuk pelaku profesi tradisional. Dan, banyak lagi lain yang sifatnya donasi, termasuk kegiatan bagi daging qurban dengan Baznas dari Sabang-Merauke.

Ketiga, terkait aspek Governance. Kami sangat taat atas seluruh aturan tata kelola dari pasar modal dan lainnya. Ini menjadi konsentrasi kami, bahwa ESG ini adalah aspek penyokong fundamental jangka panjang. Jadi, tidak semata-mata mencari profit, tapi juga harus memastikan bahwa keberlangsungan bisnis ini akan panjang. Kami juga harus memperhatikan aspek-aspek yang ada di luar perusahaan. Itulah salah satu movement yang dilakukan terkait dengan implementasi ESG di Mitratel.

Q. Kontribusi utama pendapatan Mitratel dari Jasa Sewa Menara Telekomunikasi. Segmen pendapatan dari Jasa Konstruksi dan Sewa Listrik masih minim. Apa rencana memperbesar kontribusi dari dua segmen tersebut?

A. Jadi, tiga prinsip yang ada dalam satu perusahaan. Pertama, sejauh mana perusahaan tersebut menghasilkan profit. Kedua, sejauh mana perusahaan itu akan tumbuh. Ketiga, sejauh mana perusahaan itu akan bertahan jangka panjang. Tiga hal ini yang menjadi prinsip di tempat kami.

Saat ini, kontribusi terbesar di bisnis Mitratel dari penyewaan menara. Itu akan tetap kami dorong, karena bisnis ini mempunyai potensi yang sangat bagus, sejalan dengan pertumbuhan teknologi yang nanti akan muncul. Jadi, kalau bicara apakah Mitratel akan masuk ke sektor lain? Jawabannya iya, kami akan masuk ke sektor-sektor yang lain, yang merupakan bisnis penunjang dari bisnis tower itu sendiri.

Kami memiliki 10 sektor yang ada dalam di ekosistem tower. Termasuk di dalamnya, pengembangan infrastruktur fiber optic, pengembangan jasa konstruksi atau managed service. Itu juga kami kembangkan. Untuk masuk ke energi, atau penyewaan listrik, kami juga akan kembangkan, juga untuk pengelolaan perangkat-perangkat.

Kami sudah petakan dalam rencana strategis Mitratel, dalam garis vertikal dan horizontalnya. Secara vertikal, kami sebut ada tiga fase yang akan dilampaui, fase first step adjacencies adalah dominan dalam bisnis tower itu sendiri. Nanti kami akan masuk ke second step adjacencies. Ini akan menjadi guidence kami. Setelah masuk ke bisnis tower, fiber dan sebagainya, Kami akan masuk ke level yang lebih tinggi, yang tentunya ini akan contribute terhadap keberlangsungan bisnis Mitratel saat ini dan jangka panjang. Apakah pengembangan bisnis ini akan dikembangkan di Indonesia? Itu nanti dilihat secara vertikal. Secara vertikal, kami sampai saat ini masih dominan mengelola bisnis yang ada di lingkup domestik. Tapi, dalam waktu yang tidak akan lama, kami akan masuk ke kawasan regional, bahkan ke global.

Beberapa diskusi sudah dilakukan dengan beberapa partner untuk masuk ke beberapa kawasan. Kami sangat aktif berdiskusi dengan komunitas tower di dunia. Ada forumnya, namanya Forum Tower Exchange, yang tiap semester, kami pasti bertemu, keliling di Asia, Eropa, maupun Amerika Serikat (AS). Ini adalah salah satu upaya kami untuk mengadaptasi pertumbuhan atau mengadaptasi teknologi di dunia. Ini bagian dari inovasi kami yang tentu apa yang sudah diimplementasikan di belahan negara lain. Selama itu positif di Indonesia, itu akan diinovasikan dan diimplementasikan untuk menunjang keberlangsungan bisnis jangka panjang. Kami akan mengembangkan secara vertikal bisnis dan horizontal. Kami yakin bisnis tower ini nanti akan bertransformasi menjadi bisnis infrastruktur telco, yaitu pendukung perkembangan digital telco di Indonesia maupun di kawasan.

Q. Bagaimana rencana dari Mitratel untuk membangun tower dan lainnya di IKN?

A. Mengenai IKN, mungkin saya sedikit cerita, bahwa industri tower di Indonesia ini, kami juga mempunyai asosiasi pengusaha bisnis menara Indonesia, ASPIMTEL. Kami aktif berdiskusi lintas sektor, baik dengan asosiasi lain, seperti asosiasi seluler, asosiasi operator mobile, dan asosiasi di masyarakat telekomunikasi termasuk di Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo), sehingga kami tidak lepas dari rencana strategis pemerintah.

Dari kegiatan tersebut kami bersama-sama memberikan kontribusi seluruh resource untuk mendukung IKN. Secara spesifik, kami adalah bagian dalam entitas yang ada di dalam grup Telkom, jadi ada satu struktur satuan tugas. Kami, sebagai salah satu member satgas tersebut, yang sepenuhnya mendukung pemerintah di sana. Jadi, singkatnya, benar, kami, bersama dengan asosiasi, dan juga bekerjasama dengan satuan tugas yang ada di Telkom, intens mendukung kegiatan yang ada di otorita IKN. Untuk pengembangan infrastruktur telekomunikasi di sana, kami sudah mulai beberapa tower. Kami, saat ini, mendukung proses pembangunan yang ada di sana.

Q. Berarti, itu ekspansi organik, yang dibangun sendiri?

A. Betul, itu ekspansi yang sifatnya organik.

Q. Bisnis yang sifatnya organik dan non-organik bagaimana porsinya?

A. Seimbang. Kami melihat bahwa pertumbuhan bisnis membutuhkan beberapa strategi, atau yang sering disebut dengan dual-pronged strategy; kami mendorong pertumbuhan bisnis secara organik dan secara inorganic. Porsinya dua-duanya dikembangkan.

Q. Apakah ada rencana ekspansi di lini bisnis lain?

A. Di Indonesia, operator atau pemilik aset-aset tower maupun fibre optic sebetulnya ada banyak. Tentu mereka mempunyai strategi tersendiri untuk tumbuh. Ada yang strateginya tumbuh dengan batas waktu kepemilikan tertentu, sehingga mereka exit, atau menjual. Tentu calon pembeli akan mengakses. Jadi untuk case fiber optic ini, di market juga ada, mirip dengan yang kami bawa. Jadi, ada yang masih kuat melakukan itu, ada juga yang strateginya adalah membatasi sampai dengan jumlah tertentu, dan selanjutnya mereka berkolaborasi, atau melakukan penjualan. Kami adalah salah satu company, yang dengan sangat hati-hati, bisa melakukan proses akuisisi tersebut. (LK/ZH)