PTPP - PT. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk

Rp 340

-2 (-0,59%)

JAKARTA. PT PP (Persero) Tbk (PTPP) memasang target moderat untuk pertumbuhan kontrak baru pada tahun 2024, hanya sebesar 5% dari pencapaiannya di tahun 2023. Sebagai perbandingan, perseroan memproyeksikan kontrak baru senilai Rp34,5 triliun pada akhir tahun 2023.

Berdasarkan Paparan Publik Tahunan PTPP 2023 yang digelar secara virtual hari ini (20/12), hingga akhir November (11M) 2023, PTPP telah membukukan proyek baru senilai Rp30,2 triliun.

“Pada tahun 2024, area proyek ini tidak akan jauh dari proyek infrastruktur, gedung, dan EPC dari pemerintah, BUMN, dan swasta,” ungkap Novel Arsyad, Direktur Utama PTPP.

Target pertumbuhan 5% dapat disebut sebagai target yang aman, yang tampaknya disebabkan oleh posisi keuangan terkini dan strategi perseroan.

Dari segi segmen konstruksi, PTPP bertujuan untuk mengoptimalkan bisnis utamanya dengan memfokuskan portofolio pada pasar-pasar yang potensial, seperti proyek pemerintah, BUMN, dan swasta, dengan tetap menjaga sikap selektif pada proyek EPC.

“Kami juga bertujuan untuk menyelaraskan investasi kami dengan bisnis utama kami, konstruksi,” tambah Arsyad.

PTPP merencanakan beberapa divestasi proyeknya depanjang tahun. “Hingga Juli 2023, kami telah mendivestasikan proyek senilai Rp105 miliar,” ungkap Sinur Linda Gustina, Direktur Strategi Korporasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia PTPP.

Beberapa divestasi yang direncanakan dan selesai pada tahun ini adalah PT Indonesia Ferry Property, serta PT Inpola Meka Energi dan PT Odira Karang Agung milik PT PP Energi, PT PP Promerti Suramadu milik PT PP Properti Tbk (PPRO), dan lelang alat berat oleh PT PP Presisi.

“Benar, total nilainya hampir mendekati Rp400 miliar,” ujar Gustina.

Namun, nilai divestasi terbesar diproyeksikan berasal dari Tol Semarang-Demak, yang masih dalam masa pembangunan. “Ini baru selesai pada tahun 2026,” ucap Agus Purbianto, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PTPP.

Divestasi Tol Semarang-Demak Seksi I diproyeksikan dapat menurunkan utang kami secara signifikan, yang baru dapat terjadi pada tahun 2026,” tutup Purbianto. (ZH)