Malu-malu lirik IKN, Paradise Indonesia masih fokus di Pulau Jawa tahun ini
JAKARTA. Sebagai perusahaan pengembang properti, PT Indonesian Paradise Property Tbk (INPP) masih belum menunjukkan geliatnya untuk ikut meramaikan peluang properti di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Berdasarkan Paparan Kinerja Paradise Indonesia 2024 kemarin (29/1), tahun ini, perseroan masih sibuk merampungkan 4 proyek yang tengah berjalan, 3 di antaranya berada di Pulau Jawa, sementara Hyatt Place di Makassar akan diluncurkan Februari mendatang.
Antara Balikpapan dan Antasari
Pada bulan Maret tahun 2022, INPP, yang kini lebih dikenal dengan Paradise Indonesia, sempat mengumumkan rencana pengembangan kawasan CBD di Balikpapan.
Namun, Anthony Prabowo Susilo, CEO INPP, mengakui menunda proyek CBD tersebut, yang seharusnya berjalan pada akhir tahun 2022. "Alasannya, karena ada penawaran yang lebih menjanjikan, yaitu mengambil alih proyek Antasari," ujarnya gamblang.
Setelah topping off tahun lalu, Antasari Place direncanakan untuk proses serah terima di Desember mendatang. Bahkan, manajemen mengaku kini sudah ada rencana ekspansi tower 2 Antasari Place di tahun 2025.
"Namun, kami ingin melakukan sesuatu yang berbeda dari tower 1. Jadi, masih di-review kembali," tambah Surina, CFO INPP.
Di sisi lain, berdasarkan pemaparan Susilo, INPP tampak sudah bersiap menginisiasi ekspansi pasar ke Kalimantan.
"Saya sudah meregangkan otot development team kami di Paradise Indonesia untuk mempersiapkan satu, bahkan dua, development yang dimulai tahun ini. Salah satunya adalah aktivasi lahan kami di Balikpapan; mulai dikonsepkan," ungkapnya.
Walaupun masih "conditional," Susilo meyakinkan bahwa perseroan telah mengakuisisi lahan yang cukup untuk digarap.
"Lahannya, kan, 8 hektar, ya. Kita mulai dari fase pertama, paling simpel, mungkin kami akan bangun sebuah hotel," ujar Susilo. Surina juga menyebutkan bahwa nilai investasi yang disiapkan adalah sekitar Rp350 miliar untuk tahap 1.
Peluang Properti di IKN
Kendati merupakan perusahaan properti, INPP tampak masih belum bergerak di IKN. Susilo pun mengimplikasikan bahwa tipe proyek di IKN belum sesuai dengan keahlian INPP.
"Paradise itu adalah high-rise, urban, mixed-use developer. Kami selalu membangun gedung-gedung multi-tower, multi-level," jelasnya. Fokus properti yang dibangun perseroan memang kerap diasosiasikan dengan kota high-density (padat penduduk).
Menurut Susilo, pembangunan dan perencanaan kota memang idealnya dimulai dari properti low-density, seperti rumah tapak, sebelum beranjak ke medium dan high-density.
"Maka dari itu, sebenarnya, pemerintah sudah benar untuk merangkul partner di IKN yang memang banyak bergerak di dunia residential, lewat landed house, dan juga low-density commerical development, misalnya ruko, dll," sambungnya.
Susilo merasa bahwa membangun gedung high-rise di tengah kota yang masih belum padat penduduk akan membutuhkan dedikasi yang luar biasa besar.
"Karena spesialisasi kami di urban high-rise development, mungkin itu belum cocok dengan forte kami," aku Susilo.
"Tapi proyek ini dekat dengan IKN, kok. Bersebrangan," canda Surina dan Susilo.
Fokus INPP di Pulau Jawa dan Capex-nya
Dalam acara yang sama, Susilo mengaku bahwa INPP kini masih fokus untuk menyelesaikan beberapa proyek yang tengah berjalan. Selain Hyatt Place, perseroan akan menggarap pembangunan extension 23 Paskal di Bandung, serta Mall 23 Semarang.
Menurut Surina, alokasi dana yang disiapkan untuk pembangunan extension 23 Paskal di Bandung adalah sekitar Rp250 miliar.
Susilo mengaku bahwa pembangunan extension 23 Paskal didorong oleh permintaan dari para tenant dan retailer.
"Di 23 Paskal, kita membangun di belakang demand. Demandnya sudah mencapai hampir 15.000 net leasable area, tapi kita hanya membangun 8.000 net leasable area," ungkapnya. Oleh karena itu, tingkat okupansinya sudah 100%.
"Pembangunan kami di Bandung ini membangun untuk mengisi demand yang sudah ada. Pembangunan kami di Semarang juga sebenarnya menjemput demand dari retailer-retailer kami juga," sambung Susilo.
INPP memang tengah menggarap proyek Mall 23 Semarang, bekerja sama dengan Bina Nusantara (Binus), sejak 23 Oktober lalu. Rencananya, proyek ini akan rampung pada tahun 2025.
"Untuk Semarang, kita masih ada waktu 2 tahun, tapi sekarang, kira-kira sudah 30%, dan mungkin tidak lama lagi sudah 50% terisi," jelas Susilo.
Dengan deretan proyek eksisting yang disebutkan di atas, INPP mengalokasikan belanja modal (capex) hingga Rp1 triliun tahun ini. Menurut Susilo dan Surina, rerata alokasi capex INPP terus bertambah dari tahun ke tahun.
"Sebelum tahun 2023, average capex kita hanya Rp300 miliar. Di tahun 2023, sudah mencapai Rp500 miliar, dan di tahun 2024, sudah mencapai Rp 1 triliun," runut Susilo. (ZH)