BBCA - PT. Bank Central Asia Tbk

Rp 9.950

+100 (+1,00%)

JAKARTA. Kelompok Bank dengan Modal Inti (KBMI) di atas Rp 70 triliun atau KBMI IV memiliki anak usaha asuransi. Bank dalam kelompok ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (persero) Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk (BBNI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Lalu seberapa besar kontribusi bisnis asuransi dalam aset konsolidasi bank jumbo? Dikutip dari laporan keuangan, Rabu (21/2/2024), BRI tercatat memiliki anak usaha PT Asuransi BRI Life dengan kepemilikan 54,77% dan 90% saham PT BRI Asuransi Indonesia (BRI Insurance). BRI Life tercatat mengalami pertumbuhan aset 113,6% dalam 5 tahun terakhir. Pada 2019, aset BRI Life sebesar Rp11,08 triliun, sedangkan pada akhir 2023 mencapai Rp23,67 triliun.

Secara tahunan, aset BRI Life naik 9,48% dibandingkan periode 2022. Atau dengan kata lain naik dari Rp21,62 triliun menjadi Rp23,67 triliun. Dalam periode ini, laba BRI Life naik dari Rp170,88 miliar menjadi Rp360,46 miliar atau tumbuh naik 110,94%.

Kinerja BRI Insurance juga terdongkrak lebih dari 100% dalam 5 tahun terakhir. Tercatat pada 2019, BRI Insurance memiliki aset Rp2,66 triliun. Nilai aset ini naik menjadi Rp6,4 triliun pada akhir 2023. Dibandingkan 2022, aset BRI Insurance juga mengalami lonjakan signifikan yakni dari Rp4,89 triliun menjadi Rp6,46 triliun atau tumbuh 32,1%. Sementara itu, laba perusahaan tumbuh dari Rp373,1 miliar menjadi Rp479,37 miliar.

Bank Mandiri yang tergolong dalam KBMI IV juga memiliki anak usaha asuransi yakni PT Axa Mandiri Financial Services (AXA Mandiri) dengan kepemilikan 51% serta saham PT asuransi Jiwa Inhealth Indonesia (Mandiri Inhealth) dengan kepemilikan 80%.

Tercatat, pada akhir 2023 lalu jumlah aset Axa Mandiri mencapai Rp41,11 triliun, tumbuh 2,36% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp40,16 triliun. Sedangkan laba yang dibukukan mencapai Rp1,32 triliun, naik dari posisi Rp1,17 triliun tahun sebelumnya.

Dalam periode yang sama, Mandiri Inhealth memiliki aset Rp2,82 triliun, naik 4,36% dibandingkan periode 2022 sebesar Rp 2,7 triliun. Sementara laba perusahaan memberikan kontribusi Rp175 miliar, tumbuh dari posisi Rp146 miliar pada 2022.

Bank dalam KBMI IV berikutnya adalah BNI dengan anak usaha BNI Life. Bank pelat merah ini memiliki 60% saham BNI Life. Pada akhir tahun lalu, aset BNI Life mencapai Rp24,97 triliun. Tumbuh 7,07% dari posisi Rp23,32 triliun pada akhir 2022.

KBMI IV terakhir dengan bisnis asuransi adalah Bank Central Asia, bank swasta terbesar di Indonesia ini tercatat memiliki entitas anak PT Asuransi Umum BCA (BCA Insurance) dan PT Asuransi Jiwa BCA (BCA Life).

Pada 2023, BCA Insurance memiliki aset Rp3 triliun, tumbuh 23,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan premi bruto Rp 1 triliun, perusahaan membukukan laba Rp178,6 miliar.

Sedangkan BCA Life memiliki aset Rp2,9 triliun atau tumbuh 22,6%. Premi perusahaan mencapai Rp1,6 triliun pada 2023 dan laba sebelum pajak sebesar Rp70 miliar.

Dari besaran bisnis ini, telihat anak usaha asuransi belum memiliki peran yang signifikan pada 2023. Sebagai pembanding, Bank Mandiri mencatatkan aset Rp2.174,2 triliun, atau tumbuh 9,1%. BRI mencatatkan kenaikan aset 5,3% menjadi Rp1.965 triliun. Aset BCA menjadi Rp1.408 triliun, atau naik 7,1%. Sedangkan BNI tercatat memiliki total aset sebesar Rp1.086,6 triliun, mengalami peningkatan 5,5% secara tahunan.

Wahyudin Rahman, Dosen Manajemen Risiko yang juga Ketua Umum Komunitas Penulis Asuransi (Kupasi) menuturkan bank dalam kelompok KBMI IV memiliki skala bisnis yang besar dan memiliki mitigasi risiko yang kuat.

"Salah satunya pengalihan risiko ke perusahaan asuransi. Dengan mempunyai anak usaha asuransi sendiri maka akan lebih mudah untuk koordinasi dan monitoring dari seluruh aktivitas captive termasuk kepentingan nasabah," katanya.

Wahyudin juga menyoroti, dengan memiliki bisnis asuransi, bank dalam KBMI IV memiliki kemudahan melakukan konsolidasi dan pertumbuhan pendapatan. "Peredaran uang atas bisnis harus diprioritaskan ke anak usaha terlebih dahulu," katanya.

Meski demikian, Wahyudin menyebutkan dalam beberapa dekade terakhir, anak usaha asuransi selalu fokus melayani bisnis dari induknya. "Saat ini, perlu didorong untuk cross selling atau ekspansif ke holding dari group lainnya termasuk private sector," katanya. (PP)