Laba bersih Astra melonjak 17%, siap bagi dividen Rp421 per saham
JAKARTA - PT Astra International Tbk (ASII) mencatatkan laba bersih sebesar Rp33,84 triliun pada tahun buku 2023, naik 17% year-on-year (yoy) dari Rp28,94 triliun pada 2022.
Pertumbuhan kinerja laba ASII tercatat didominasi lini bisnis infrastruktur dan logistik, jasa keuangan, dan otomotif. Pertumbuhan ini juga sejalan dengan pendapatan bersih perseroan yang tumbuh 5% yoy menjadi Rp316,57 triliun.
Lini bisnis infrastruktur dan logistik mencatatkan lonjakan laba bersih paling tinggi, mencapai 85% yoy. Pencapaian ini utamanya didukung oleh kepemilikan saham di ruas tol Trans Jawa dan Lingkar Luar Jakarta, serta kinerja PT Serasi Autoraya (SERA), anak usaha Astra, yang mencatatkan peningkatan laba hingga 26% menjadi Rp213 miliar di akhir tahun 2023.
Namun, porsi terbesar laba bersih konsolidasi ASII didapatkan dari lini bisnis otomotif. "Laba bersih divisi otomotif Grup naik 18% menjadi Rp11,4 triliun, yang mencerminkan peningkatan penjualan di bisnis sepeda motor dan komponen otomotif," jelas Djony Bunarto Tjondro, Presiden Direktur Astra, lewat siaran resmi.
Pembiayaan konsumen juga menjadi pendorong utama tumbuhnya kontribusi bisnis jasa keuangan Astra. "Laba bersih divisi jasa keuangan Grup meningkat 30% menjadi Rp7,9 triliun pada tahun 2023," sebut Tjondro.
Dengan rekam kinerja yang memuaskan hingga akhir tahun 2023 ini, direksi Astra pun mengusulkan pembagian dividen sebesar Rp421 per saham. Jumlah ini, jika ditambah dengan dividen interim sebesar Rp98 per saham yang dibagikan pada Oktober lalu, membuat dividen final Astra untuk tahun 2023 mencapai Rp519 saham.
"Rasio pembayaran dividen sebesar 62%. Rasio tersebut lebih tinggi dari rata-rata rasio pembayaran dividen historis Perseroan," sambung Tjondro. Pembagian dividen ini akan diusulkan pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan ASII pada bulan April mendatang.
Walaupun kinerja ASII tampak cerah di akhir tahun, direksi mengakui adanya tantangan berupa melemahnya harga komoditas dan kondisi perekonomian di semester II 2023. "Jika kedua kondisi ini masih berlanjut, kami mengantisipasi terjadinya penurunan siklus pertumbuhan di tahun 2024," aku Tjondro.
Lini agri bisnis memang mengalami penurunan kontribusi, terutama dari PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), anak usaha Astra di sektor kelapa sawit. AALI melaporkan laba turun hingga 39% yoy menjadi Rp1,1 triliun, membuat kontribusi pada laba bersih konsolidasian turun menjadi Rp841 miliar.
Begitu pula dengan harga emas dan batu bara yang menurun, menyebabkan kontribusi lini alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi stagnan di Rp12,64 triliun hingga akhir 2023. (ZH)