KEJU - PT. Mulia Boga Raya Tbk

Rp 2.180

+195 (+10,00%)

JAKARTA - Pada tahun 2024, PT Boga Mulia Raya Tbk (KEJU), produsen keju dengan merek Prochiz, akan menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) 80% lebih tinggi dari alokasi tahun lalu.

Berdasarkan Laporan Tahunan 2023 KEJU, jumlah belanja atau investasi modal perseroan tahun lalu mencapai Rp11,41 miliar. Dengan kata lain, capex tahun ini akan mencapai sekitar Rp20 miliar.

Menurut Jeffrey Halim, Direktur Keuangan KEJU, belanja modal tahun 2024 akan difokuskan pada peningkatan kapasitas. "Peningkatan kapasitas ini selaras dengan meningkatnya permintaan di kategori produk tertentu," tambahnya.

Berdasarkan pemaparan Indrasena Patmawidjaja, Direktur Utama KEJU yang akrab dipanggil Dede, berdasarkan prediksi manajemen, pasar yang akan menunjukkan pertumbuhan pesat adalah pasar non-retail, atau segmen food service.

"Retail juga tumbuh, namun tidak secepat di food service," ungkapnya dalam Paparan Publik Tahunan 2024 KEJU hari ini (24/4). Patmawidjaja juga mengaku menyasar pertumbuhan moderat, yaitu single digit, pada segmen penjualan retail. Hal ini disebabkan oleh perubahan perilaku konsumen yang tidak lagi banyak mengonsumsi keju di rumah, melainkan di restoran luar rumah.

Selain itu, Halim mengaku akan berinvestasi lebih banyak pada mesin-mesin yang akan menunjang efisiensi biaya produksi. "Terutama untuk memitigasi dolar yang naik," tambahnya. KEJU memang diketahui masih mengandalkan bahan impor.

Selain itu, untuk menghadapi inflasi dan kondisi finansial global, KEJU mengandalkan efisiensi pengadaan suplai lewat hubungannya dengan perusahaan induk, PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD), serta kontrak suplai jangka panjang untuk menjaga harga bahan baku tetap stabil.

"Dari segi internal, kami juga tengah mencari formula [produk] yang lebih baik untuk efisiensi biaya produksi," sambung Ari Sutanto, Direktur KEJU.

Perlu diketahui, KEJU menyasar pertumbuhan kinerja yang signifikan untuk tahun 2024. Tahun ini, Patmawidjaja mencanangkan target top line atau pendapatan minimal dua kali lipat tahun 2023. (ZH)