JAKARTA – Citibank N.A. Indonesia, atau lebih dikenal dengan Citi Indonesia, mencatatkan kenaikan laba bersih hingga 17% year-on-year (yoy) menjadi Rp665,9 miliar di akhir Maret 2024 dari Rp568,71 miliar di Q1 2023.

Berdasarkan Laporan Keuangan Citibank Q1 2024, pendapatan bunga bersih Citi Indonesia sebenarnya tergelincir 23,06% yoy, dari Rp1,2 triliun menjadi Rp936,38 miliar. “Namun, jika melihat hanya dari segi institutional banking, kami naik 7% yoy,” klaim Batara Sianturi, Chief Executive Officer (CEO) Citi Indonesia.

Selain itu, efisiensi dalam aktivitas perbankan berhasil menekan biaya operasional hingga 83,2% yoy, sehingga menopang pertumbuhan laba bersih hingga 17% yoy.

Resmi mengalihkan lini consumer banking-nya sejak tahun lalu, distribusi kredit Citi Indonesia juga terlihat menurun tipis 11% yoy, dari Rp35,4 triliun di kuartal-I tahun 2023 menjadi 31,5 triliun pada akhir Q1 2024.

“Pergerakan kredit memang quite flat, tapi ini hanyalah masalah timing bagi multinational business. Distribusinya cukup well-diversified, baik di sektor mining, power, telco, dan industri,” sambung Sianturi.

“Distribusi kredit kami juga well-diversified antara multinational businesses, financial institutions, dan local corporates,” ungkap Sianturi saat ditemui di Pemaparan Kinerja Keuangan Citibank Q1 2024 hari ini (22/5). Citi Indonesia disebut memiliki sekitar 500 perusahaan multinasional sebagai kliennya.

Lini bisnis Citi Indonesia juga memang melaporkan kinerja positif, termasuk commercial banking dan treasury and trade solutions. Namun, lini bisnis global subsidiaries group dilaporkan mencatatkan pertumbuhan yang signifikan, terutama kinerja dan investasi di koridor Asia, seperti Tiongkok, Jepang, dan Korea. “Bahkan growth di China mencapai double digit,” aku Sianturi.

Dari sisi likuiditas, Citi Indonesia melaporkan kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) hingga 6% yoy, meskipun kehilangan sumber dana dari lini consumer banking-nya. Rasio Loan-To-Deposit (LDR) tercatat mencapai 50,73% pada akhir Maret 2024. (ZH)