JAKARTA. Sebanyak 6 tim finalis Kompetisi Kasus Global yang diadakan oleh Harry Susilo Institute for Ethics in the Global Economy, bertemu dalam babak final yang digelar pada Kamis (30/5) hari ini di Jakarta.

Kompetisi yang didukung oleh PT Ifishdeco Tbk (IFSH) tersebut, berusaha menjawab tantangan industri tambang nikel yang semakin berkembang di Indonesia, seperti tantangan lingkungan dan sosial. Dalam babak final ini, para finalis diminta untuk mengeksplorasi sejumlah isu yang ditimbulkan oleh aktivitas tambang.

Gregory L. Stoller, Senior Lecturer Boston University, mengatakan kompetisi ini diikuti oleh lebih dari 70 tim dari 16 negara dan telah berjalan selama 1 tahun. Setelah melalui rangkaian babak penyisihan, terdapat 6 tim yang bertandang ke Indonesia untuk mengikuti babak final.

“Para finalis dari Jerman, Jepang, Amerika Serikat, Meksiko, Lebanon, dan Indonesia melakukan perjalanan ke Jakarta untuk menyajikan proposal mereka kepada panel juri,” kata Stoller.

Sementara itu Ryan Fong Jaya, Komisaris IFSH dan juri dalam kompetisi ini, mengatakan agenda ini dibuat untuk menampilkan ide-ide dari lingkungan akademisi untuk dapat diimplementasikan oleh perusahaan tambang nikel. “Ini diharapkan dapat menjadikan Ifishdeco sebagai contoh bagi perusahaan tambang nasional lainnya, dalam menerapkan praktik ESG,” kata Ryan.

Selain itu, ucap Ryan, partisipasi IFSH dalam kompetisi ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mengenai isu pertambangan nikel. Apalagi, kata Ryan, sektor pertambangan telah menjadi salah satu kontributor anggaran negara yang cukup besar untuk jangka panjang.

Di akhir acara, dewan juri memenangkan 2 tim dengan ide terbaik yang menjawab tantangan industri tambang nikel di Indonesia. Tim pemenang pertama berasal dari University of Beirut dan tim pemenang kedua berasal dari Baden - Wuerttemberg Cooperative State University (DHBW Loerrach). (KR)