Starlink masuk Indonesia, Mitratel ungkap rencana
JAKARTA – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), dikenal dengan Mitratel, tidak tampak khawatir dengan Starlink yang kini resmi beroperasi di Indonesia, dan dilaporkan telah menyetujui kerja sama dengan penyedia layanan komunikasi berbasis satelit tersebut, yang dimiliki oleh Elon Musk.
Melalui Telkomsal, entitas asosiasi Mitratel di bawah PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang bergerak sebagai penyedia layanan satelit, Mitratel memiliki kerja sama eksklusif dengan Starlink dan memanfaatkan perusahaan internasional ini sebagai media backhaul-nya.
Manajemen juga menyebutkan bahwa penggunaan Starlink akan lebih cocok digunakan di daerah terpencil, yaitu ketika jaringan fibre optic dirasa lebih sulit, mahal, dan mungkin tidak akan digunakan oleh banyak orang.
“Dengan kerja sama dengan Starlink, kami dapat membangnun menara, dan operator dapat membangun BTS. Untuk menghubungkan BTS dengan network atau backbone, alih-alih fibre optic, kami akan gunakan Starlink,” ungkap Hendra Purnama, Direktur Investasi MTEL.
Menurut Paparan Publik Tahunan MTEL Jumat lalu (31/5), Mitratel mencatatkan 38.135 menara yang didirikan per Q1 2024, atau kenaikan 4,7% year-on-year (yoy). Pertumbuhan tertinggi tercatat di Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Sumatra.
Hingga Q1 2024, terdapat 15.825 menara di kawasan Jawa, atau 41% dari total portofolio menara MTEL, sedangkan luar Jawa mendominasi 59% sisanya dengan total 22.310 menara.
“Permintaan tower di luar Jawa memang menjadi lebih masif, salah satunya didukung oleh kolaborasi ini. Jadi, ini tidak akan menggerus [market share] Mitratel, namun menjadi peluang bagi kita untuk ekspansi ke daerah-daerah yang tidak terjangkau,” sambung Agus Winarno, Direktur MTEL.
Terkait ekspansi, MTEL merencanakan memperpanjang jaringan fibre optic-nya hingga 10 ribu km, serta 4 ribu tenant baru. Menganggarkan belanja modal sebesar Rp5,6 triliun, MTEL diproyeksikan akan mencari sumber dana eksternal, walaupun jenisnya masih belum ditentukan. (ZH)