DIVA - PT. Distribusi Voucher Nusantara Tbk

Rp 134

-1 (-0,75%)

JAKARTA – Meskipun pendapatan naik tipis 5% year-on-year (yoy) di Q1 2024, rugi bersih tahun berjalan PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk (DIVA) membengkak parah hingga puluhan kali lipat menjadi minus Rp168,25 miliar.

Stanley Tjiandra, Direktur DIVA, mengklaim bahwa kerugian mendalam tersebut sebagian besar disumbang oleh rugi yang belum terealisasi dari aktivitas investasinya. Pos rugi tersebut mencapai Rp171,04 miliar pada Q1 2024, anjlok 22 kali lipat dari minus Rp7,6 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Menyikapi hal ini, perseroan pun realistis. “Target kami adalah mencapai laba operasional positif di tahun 2024,” ungkap Tjiandra, “sehingga masih mampu menjadi profitable company.”

Berdasarkan Laporan Keuangan Q1 2024, penjualan DIVA memang naik menjadi Rp1 triliun. Namun, pos beban dan biaya melemahkan posisi tersebut, sehingga laba operasional terjun bebas 63,2% yoy menjadi hanya Rp6,67 miliar.

Tahun ini, DIVA mencanangkan capital expenditure (capex) sebesar Rp10-12 miliar, yang sudah digunakan sekitar 80%-nya hingga hari ini (20/6). “Terutama itu digunakan untuk peningkatan modal di anak-anak usaha kami,” tambah Tjiandra.

Selain itu, DIVA masih teguh dengan pendiriannya untuk berinvestasi, meskipun sudah melihat proyeksi yang kurang baik. “Kami tidak mencari capital gain, tapi ingin mencari strategic partnership, sehingga ada synergetic value yang baik,” ungkap Tjiandra.

DIVA memang sedang mendorong kinerja ekosistem digital end-to-end yang menggabungkan sistem yang dimiliki perusahaan-perusahaan investasinya; mencakup layanan logistik mikro, iklan digital, dan utilisasi Electric Vehicle (EV), yang bisa dimanfaatkan UMKM.

“Partner UKM kami sudah mencapai 59.936 hingga Q1 2024 ini,” aku Tjiandra, saat ditemui di Paparan Publik Tahunan 2024 DIVA hari ini (20/6). (ZH)