JLL Indonesia: Prospek data centre Indonesia masih bagus
JAKARTA – JLL Indonesia, perusahaan manajemen real estate komersial, memandang data centre sebagai segmen properti yang memiliki prospek cerah di Indonesia di tahun-tahun ke depan.
Menurut Yunus Karim, Head of Research JLL Indonesia, pemain data centre sudah mulai bermunculan sejak tahun 2018. “Dulu, mereka posisinya masih mencari tanah,” jelasnya saat ditemui di Property Outlook dan Media Briefing JLL Indonesia hari ini (7/8).
Di dalam negeri, industri data centre ini masih didominasi dua kawasan, yaitu Jabodetabek dan Batam. Biasanya, kawasan industri di kota-kota satelit Jakarta dapat mengakomodasi data centre berukuran besar, atau hyperscale data centres.
Sebagai contoh, PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS), pengembang Kota Deltamas di Bekasi, mencatatkan kontribusi tinggi bisnis data centre pada marketing sales-nya per Juni 2024.
“Di atas 75% dari pra-penjualan lahan industri pada semester pertama tahun 2024 ini masih didominasi oleh industri data center,” ungkap Tondy Suwanto, Direktur DMAS, pada siaran resminya pada 17 Juli 2024 lalu.
Kini, Karim menambahkan, mulai terdapat pembangunan data centre di berbagai lokasi di Indonesia. Kawasan CBD Jakarta juga disebut menjadi alternatif berkat lokasinya yang dekat dengan jaringan kabel serat optik.
Sebagai contoh, PT Bersama Digital Data Centres (BDDC), provider data centre yang sedang naik daun, tercatat memiliki 2 data centre di tengah kota Jakarta, seperti Daan Mogot dan Cawang.
Di luar Pulau Jawa, Batam menjadi tujuan bisnis data centre kedua terpopuler. Namun, kawasan ini memiliki kompetitor yang kuat, yaitu Singapura dan Johor, Malaysia. Riau. “Jadi pilihannya kalau tidak Singapura, ke Johor atau Batam,” ungkap Karim.
Namun, untuk meningkatkan daya saing Indonesia dalam industri data centre ini, tidak bisa mengandalkan pihak pengembang lahan maupun bangunan data centre saja.
Dengan persyaratan bangunan dan lokasi data centre yang cukup spesifik dan rumit, misalnya tidak rawan bencana, suplai listrik memadai, dan teknologi yang mutakhir, Karim menilai harus ada dukungan dari seluruh ekosistem yang terlibat, baik itu penyedia infrastruktur jaringan fibre optic, tenaga listrik, dan sebagainya.
Terlepas dari tantangannya, Karim menilai industri data centre di Indonesia masih menjanjikan. “Karena Indonesia pertumbuhannya cukup pesat. Bahkan, ketika pemain sudah masuk, masih ada pemain yang melihat Indonesia; Jakarta, khususnya,” tutupnya. (ZH)