JAKARTA – Chief Economist Citi Indonesia, Helmi Arman, mengungkapkan bahwa ekonomi Amerika Serikat (AS) diprediksi masuk masa resesi. Ditemui di Citi Digital Leaders Summit 2024, Arman kemudian menambahkan bahwa ekspektasi pasar AS mengarah kepada penurunan suku bunga The Feds.

“Ekonom Citi US kini meyakini bahwa Amerika Serikat mungkin telah memasuki masa resesi, melihat peningkatan tingkat pengangguran dan data penurunan inflasi yang masih lemah,” jelasnya saat memaparkan Economic Outlook pada acara tersebut Rabu lalu (7/8).

Menurut Arman, peningkatan tingkat pengangguran yang tidak disertai melemahnya inflasi AS dapat berujung pada Keputusan The Feds untuk memangkas suku bunganya hingga 50 bps di akhir September, 50 bps lagi di November, dan 25 bps di akhir tahun.

“Jadi, kami memprediksi total penurunan suku bunga The Feds hingga 125 bps,” sambung Arman.

Ekspektasi penurunan suku bunga The Feds ini pun memicu harapan pasar Indonesia mengenai pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI).

Namun, keengganan BI menurunkan suku bunga juga dapat dipahami karena masih ada bayang-bayang volatilitas valuta asing. Dalam setahun terakhir, pergerakan Dolar Amerika Serikat (USD) terhadap Rupiah Indonesia (IDR) sangat fluktuatif, bahkan menguat hingga nyaris menyentuh Rp16.500 pada Juni lalu.

Untungnya, dalam beberapa minggu, Arman menambahkan, modal asing masuk ke pasar obligasi negara sudah membaik, setelah sempat mendeteksi modal keluar yang cukup signifikan pada beberapa bulan tertentu di sepanjang 2024.

“Pada beberapa bulan, kami bahkan melihat adanya modal asing keluar pada pasar obligasi negara, yang dapat menjelaskan tekanan pada kurs yang kita rasakan,” tambah Arman.

Dalam satu bulan terakhir, USD telah bergerak turun, dari Rp16,293 menjadi Rp15,939 per hari ini, 8 Agustus 2024. (ZH)