JAKARTA – Citibank N.A. Indonesia, atau lebih dikenal dengan Citi Indonesia, melaporkan pertumbuhan solid pada laba bersih pada semester-I tahun 2024, naik 14% year-on-year (yoy).

Pencapaian ini sebenarnya berlawanan dengan penurunan pendapatan bunga bersih Citi Indonesia hingga 21,4% yoy menjadi Rp1,91 triliun dari Rp2,44 triliun yang tercetak pada H1 2023.

Turunnya pendapatan bunga bersih ini dapat ditelusuri ke laju distribusi kredit yang melemah, yang menurut data IDN Financials, turun 26,15% yoy pada H1 2024. Pos ini turun dari Rp43,25 triliun pada H1 223 menjadi Rp31,94 triliun.

Seperti yang sudah diketahui, Citi Indonesia telah mendivestasikan unit consumer banking-nya pada Bank UOB di bulan November (Q4) tahun lalu, yang kemudian mempengaruhi aset dan liabilitasnya.

Sebagai contoh, dana pihak ketiganya (DPK) pada H1 2024 terlihat menurun menjadi Rp67,56 triliun dari Rp70,32 triliun pada H1 2023.

Untungnya, efisiensi pada beban operasional berhasil menyokong kinerja bottom line, seperti yang dikemukakan oleh Batara Sianturi, CEO Citi Indonesia, hari ini (15/8) saat ditemui di Konferensi Pers Kinerja Q2 2024 Citi Indonesia.

“Efisiensi beban operasional menghasilkan perbaikan Cost-to-Income Ratio (CIR) menjadi 39,5% dari 59,5% di tahun sebelumnya,” sambung Sianturi.

Citi Indonesia juga melaporkan pertumbuhan di semua lini bisnisnya, termasuk Global Network Banking, Commercial Bank, dan Treasury and Trade Solution (TTS). TTS melaporkan pertumbuhan 23% dan 5% yoy pada volume transaksi mata uang lokal dan asing.

Pada akhirnya, beban operasional yang secara signifikan turun, hingga 76,48% yoy pada H1 2024 berhasil menopang pertumbuhan laba bersih menjadi Rp1,32 triliun dari Rp1,15 triliun yang terekam pada H1 2023. (ZH)