Komarudin Hidayat: Bank syariah bisa melesat jika ditopang profesionalitas
JAKARTA – Prof. Dr. Komarudin Hidayat, Komisaris PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), percaya bahwa industri perbankan syariah di Indonesia masih memiliki potensi meroket lebih pesat jika dibarengi semangat profesionalisme dalam pengembangannya.
“Bank syariah [di Indonesia] itu bisa besar potensinya, dengan catatan bahwa bank syariah harus profesional, nyaman, aman, cepat, dan kompetitif harganya,” jelas Hidayat saat diwawancarai lepas presentasi pembukanya di hari pertama gelaran Menara Syariah – BILIF Islamic Leaders Conference 2024, Rabu (11/9).
Menurut Hidayat, masyarakat Indonesia sudah memiliki keuntungan lewat ikatan emosional yang kuat dengan agama Islam. Namun, aspek ini saja tidak lantas menjadikan ekonomi dan perbankan syariah di Indonesia bisa maju menyaingi industri konvensional dengan instan.
“Jika hanya mengandalkan ikatan emosional tanpa yang tadi disebutkan, ya, sulit berkembang,” katanya.
Berdasarkan pemaparan Hidayat, profesionalisme ini juga berarti kesiapan bermitra dan bekerja sama dengan orang-orang lintas negara, bangsa, dan agama. “Bank syariah harus diisi oleh SDM yang profesional, andal, tapi harus inklusif,” tambahnya.
Menghadiri acara Menara Syariah – BILIF Islamic Leaders Conference 2024 di bilangan PIK 2 hari ini (11/9), Hidayat juga mengingatkan umat muslim untuk kembali ke nilai dan prinsip Islam untuk memajukan ekonomi negeri, terutama lewat pemberdayaan wirausahawan.
Menurutnya, umat Islam memiliki solidaritas tinggi sesama muslim, namun tidak dilengkapi dengan semangat mengembangkan ekonomi secara kelembagaan. “Akibatnya, usaha bisnis yang dirintis oleh keluarga yang telah besar sulit bertahan lama, bahkan mengecil karena dibagi-bagi untuk ahli warisnya sesuai dengan pedoman hukum waris (faraidh),” ujar Hidayat memberi contoh.
Oleh karena itu, Hidayat berpesan pada berbagai institusi keuangan islam untuk membantu menumbuhkan semangat wirausaha lewat pengembangan institusi, kurikulum, serta penguatan etos entrepreneurship.
Selain itu, ia memberikan contoh baik yang dilakukan Muhammadiyah dengan membangun ekosistem usaha yang memajukan ekonomi lewat penyediaan lapangan kerja.
“Umat Islam itu harus menyadari bahwa peradaban Islam itu tidak mungkin ada tanpa ditopang oleh kemajuan ekonomi. Dakwah-dakwah memang diperlukan, tapi tanpa dibarengi sains dan ekonomi, bagaimana bisa memajukan umat? Perbanyak entrepreneur; ingat prinsip tangan di atas,” ujarnya. (ZH)