GIAA rugi US$101,65 juta
JAKARTA - Kerugian PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIIA) naik 32,88% di semester I 2024 menjadi US$101,65 juta dari periode serupa tahun 2023 sejumlah US$76,50 juta. Kerugian emiten ini masih dipengaruhi kenaikan beban usaha, meskipun mencatatkan kenaikan pendapatan.
Dalam Laporan Keuangan Semester I 2024 dikutip Selasa (1/10), pendapatan emiten ini tumbuh 18,24% menjadi US$1,62 miliar dari periode serupa tahun 2023 sebesar US$1,37 miliar. Penerbangan Berjadwal menjadi kontributor pendapatan terbesar senilai US$1,27 miliar, naik dari US$1,10 miliar, Penerbangan Tidak Berjadwal US$177,96 juta, tumbuh dari US$142,45 juta, dan Lainnya US$167,57 juta, naik dari US$125,98 juta.
Di Penerbangan Berjadwal, segmen Penumpang menyumbang pendapatan US$1,20 miliar, naik dari US$1,01 miliar dan Kargo/Dokumen US$75,19 juta, turun dari US$84,48 juta. Di Penerbangan Tidak Berjadwal untuk penerbangan Haji US$148,27 juta, naik dari US$117,58 juta dan Charter US$29,69 juta, naik dari US$24,87 juta.
Di sisi lain, beban usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) penerbangan ini tercatat naik 23,34% menjadi US$1,53 miliar dari US$1,24 miliar. Kenaikan beban usaha secara signifikan terdapat di segmen Beban Operasional Penerbangan, diikuti Pemeliharaan dan Perbaikan, Kebandaraan, Pelayanan Penumpang, dan Beban Umum Administrasi.
Sementara itu, Beban Usaha Lainnya tercatat turun menjadi US$201,05 juta dari US$237,01 juta disebabkan kenaikan keuntungan selisih kurs, pendapatan keuangan, dan bagian atas hasil bersih entitas asosiasi. (LK)