BMAS - PT. Bank Maspion Indonesia Tbk

Rp 595

+5 (+1,00%)

JAKARTA – Setelah akuisisi PT Bank Permata Tbk (BNLI) oleh Bangkok Bank, Indonesia kembali kedatangan salah satu bank terbesar di Thailand, KasikornBank, atau yang lebih akrab dikenal dengan KBank, lewat akuisisi 84.55% saham PT Bank Maspion Tbk (BMAS).

Diketahui bahwa investasi pertama KBank di Bank Maspion dilakukan lewat pembelian 9,99% saham pada tahun 2017 silam. Kemudian, pada tahun 2022, KBank telah ditetapkan menjadi pengendali saham terbaru setelah meningkatkan kepemilikan sahamnya di BMAS menjadi 67,5%.

Terakhir, pada tahun 2023, KBank kembali meningkatkan kepemilikan sahamnya menjadi 84,55% dengan menyuntikkan dana hingga Rp3,5 triliun dan membawa bank yang berbasis di Jawa Timur ini naik kelas menjadi BUKU 2, dengan total modal inti hingga Rp6,6 triliun per Juni 2024.

Selain merupakan salah satu bank tertua di Thailand sejak berdirinya di tahun 1945, menarik untuk dipahami bahwa KasikornBank juga salah satu dari tiga bank terbesar di Thailand, dengan total aset mencapai ฿4,25 triliun per Juni 2024, atau hampir mencapai Rp2 kuadriliun. Jumlah ini masih jauh di atas aset PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), salah satu bank terbesar di Indonesia, yang tercatat sebesar Rp1,43 kuadriliun per Juni 2024.

Berdasarkan laporan keuangan KBank, pendapatan bunga bersihnya hampir menyentuh ฿76 miliar hingga semester-I 2024, atau setara dengan Rp35,5 triliun, naik 6,2% year-on-year (yoy), serta laba bersih ฿26,2 miliar, setara dengan Rp12,2 triliun, melonjak 20,26% yoy.

 

Pengalaman di bidang pembiayaan UMKM

Mengutip Kittichart Potithat, First Vice President of KasikornBank, pada saat menyambut delegasi pers di Kedutaan Besar Indonesia di Thailand Rabu lalu (16/10), lewat akuisisi Bank Maspion, KBank mengaku siap berkontribusi lewat keahliannya di bidang pembiayaan UMKM serta digital banking.

Masih dalam rangkaian kegiatan kunjungan pers ke KasikornBank di Thailand, Chat Luangarpa, Executive Vice President of KBank sekaligus Komisaris Utama Bank Maspion, mengungkapkan bahwa KBank merajai pangsa pasar kredit untuk UMKM di Thailand hingga 22%.

“KBank, dengan pengalamannya dalam pembiayaan UMKM di Thailand, akan mendukung perluasan pembiayaan UMKM Indonesia,” ungkap manajemen dalam siaran resmi Kamis lalu (17/10).

Namun, perjalanan KBank dalam pembiayaan UMKM Indonesia lewat Bank Maspion tentunya masih panjang. Per Juni 2024, BMAS menyalurkan total kredit Rp15,17 triliun, hanya 1,5% dari portofolio penyaluran kredit UMKM PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang mencapai lebih dari Rp1 triliun per semester-I tahun ini.

 

Utilisasi keunggulan digital banking

Selain itu, KBank mengklaim bahwa salah satu kekuatannya terletak pada digital banking-nya yang canggih. Sebagai informasi, KBank memiliki anak perusahaan yang bergerak khusus di bidang teknologi, yaitu KBTG. Pada awalnya, KBTG merupakan divisi IT KBank, yang kemudian membentuk perusahaan terpisah yang kini, selain menangani layanan dan operasional informasi teknologi induknya, juga mengembangkan berbagai aplikasi dan inovasi digital terbaru.

Kini, salah satu buah kerja sama strategis Bank Maspion dengan KBank adalah peluncuran mobile banking baru MEB pada tahun 2024, dengan tampilan dan pengalaman bagi pengguna yang lebih modern.

Sementara itu, aplikasi mobile banking milik KBank, K+, sudah mencatatkan 22 juta pengguna di Thailand dengan 80% pengguna aktif. “Kami menguasai hampir 50% pangsa pasar transaksi digital per hari,” klaim Pipit Aneaknithi, President of KBank, pada kesempatan yang sama.

Transaksi digital banking di Indonesia memang terus bertumbuh. Berdasarkan data IDNFinancials, hingga 2023, Bank Indonesia mencatat transaksi digital banking mencapai Rp58,5 kuadriliun. Per kuartal-I 2024, angkanya sudah mencapai Rp15,9 kuadriliun, naik 16,15% yoy, dengan BBCA mendominasi total transaksi hingga Rp6,6 kuadriliun, disusul BBRI dengan nilai transaksi hingga Rp1,25 kuadriliun.

 

Visi optimis nan realistis Bank Maspion dan KBank

Dengan kekuatan yang teruji di pasar Thailand, KBank berkomitmen untuk memajukan kinerja Bank Maspion. Namun, mengetahui kapasitas Bank Maspion yang masih tergolong terbatas, KBank bersikap realistis, dengan mencanangkan Bank Maspion menjadi bank terbesar di Jawa Timur pada tahun 2027.

Pada pemaparannya, Kasemsri Charoensiddhi, Direktur Utama BMAS, juga menargetkan pada tahun 2025 hingga tahun 2027, BMAS akan mencetak kenaikan kredit hingga 2,2 kali lipat, dengan pertumbuhan simpanan hingga 2 kali lipat.

Disebutkan pula bahwa KBank akan menggunakan kekuatan jaringan regionalnya untuk menjaring pangsa pasar pembiayaan perdagangan di kawasan MEA+3 (ASEAN, Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan). Lewat bantuan KBank, Bank Maspion kini dapat merambah ke segmen yang membutuhkan modal pinjaman lebih besar. “BMAS dapat membuka peluang untuk masuk ke segmen yang sebelumnya tidak dapat diakses, misalnya korporasi besar,” jelas Luangarpa.

Lebih lanjut, KBank juga tengah mendiskusikan kemungkinan untuk melakukan rebranding Bank Maspion menjadi KBank Indonesia, memanfaatkan nama besar KBank di kawasan regional. “Ada rencana, namun belum ada timeline yang ditentukan,” tutup Luangarpa Kamis lalu (17/10). (ZH)