Triwulan III, defisit neraca transaksi berjalan naik 86% dari tahun lalu
JAKARTA - Neraca transaksi berjalan tercatat defisit US$2,15 miliar pada triwulan III 2024. Ini lebih tinggi 86% dari periode serupa tahun lalu, yang mencatatkan defisit US$1,15 miliar.
Data Neraca Pembayaran Bank Indonesia (BI) dikutip Kamis (21/11), kenaikan deficit neraca transaksi berjalan disebabkan penurunan surplus transaksi pada segmen Barang menjadi US$9,28 miliar di triwulan III 2024 dari US$10,15 miliar di triwulan III 2023, kenaikan defisit segmen Jasa-jasa menjadi US$4,15 miliar dari defisit US$3,89 miliar, kenaikan defisit Pendapatan Primer menjadi US$8,86 miliar dari defisit US$8,66 miliar, dan kenaikan defisit Pendapatan Sekunder menjadi US$1,57 miliar dari defisit US$1,25 miliar.
Defisit neraca transaksi berjalan di triwulan III 2024 terlihat membaik dibandingkan defisit di triwulan II 2024 senilai US$3,4 miliar karena kenaikan defisit pada segmen Jasa-jasa dan Pendapatan Primer di triwulan II. Di triwulan II 2024, jumlah surplus transaksi Barang sebesar US$10,03 miliar dan defisit pada segmen Jasa-Jasa tercatat senilai US$5,11 miliar, defisit Pendapatan Primer US$9,63 miliar, serta defisit Pendapatan Sekunder sebesar US$1,46 miliar..
Sementara pada triwulan III 2022, BI mencatat surplus transaksi berjalan US$4,70 miliar. Capaian ini berkat surplus transaksi Barang sebesar US$17,62 miliar, defisit Jasa-Jasa US$5,26 miliar, defisit Pendapatan Primer US$8,93 miliar, dan surplus Pendapatan Sekunder US$1,27 miliar.(LK)