Utamakan core business, intip strategi Waskita Karya tahun depan
JAKARTA – PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), salah satu BUMN Karya, memutuskan untuk mengarahkan kembali fokusnya ke lini bisnis inti, yaitu jasa konstruksi, terutama gedung, bendungan dan irigasi, serta jalan dan jembatan. Hal ini, menurut manajemen, adalah bagian dari strategi penyehatan kinerja keuangannya.
Berdasarkan Public Expose WSKT hari ini (26/11), direksi Waskita Karya menatap optimis beberapa proyek eksisting hingga Oktober 2024, yang mencapai 69 proyek senilai total Rp44,4 triliun. Beberapa di antaranya termasuk pembangunan IKN, jembatan Sungai Musi di Sumatra, hingga bendungan Mbay di Nusa Tenggara Timur dan Jlantah di Jawa.
Tidak hanya berfokus pada jasa konstruksi, untuk meningkatkan kinerjanya, WSKT juga akan mendiversifikasi sumber kontrak. “Sepanjang Waskita menjalankan proses bisnisnya, pemerintah jadi pangsa pasar utama, tetapi kami tidak lupa untuk berfokus pada pasar baru,” sebut Muhammad Hanugroho, Direktur Utama Waskita Karya, hari ini (26/11).
Pasar baru yang dimaksud adalah proyek dari pihak swasta, serta proyek pemerintah non-Kementerian-PU dan non-Kementerian PKP.
“Ada Kementerian BUMN: Angkasa Pura, Pelindo. Lalu ada proyek-proyek Pemprov, seperti proyek LRT Velodrome; Pemprov Surabaya juga ada proyek LRT, Pemprov Bali,” sebut Rudi Purnomo, Direktur Business Strategic, Portfolio, & Human Capital WSKT.
Menurut Pramono, rencana kerja WSKT untuk tahun 2025 akan melibatkan porsi sektor Kementerian PU yang cukup kecil, “Target kami hanya 12-16% proyek berasal dari PU,” lanjut Purnomo saat ditemui di Paparan Publik 2024 hari ini (26/11).
Untuk tahun 2025, WSKT juga berencana mengambil potensi kontrak dari progam pemerintah baru, yaitu program 3 juta rumah dan ketahanan pangan.
“Ini adalah captive atau market niche baru, yang kita harus masuk ke sana. Program ini akan sangat membutuhkan investasi besar, dan kita adalah bagian dari rencana pembangungn tersebut,” klaim Hanugroho.
Selain itu, untuk menyehatkan arus kas perseroan, terdapat pula beberapa rencana divestasi ruas tol yang sudah beroperasi. Awal tahun 2024, WSKT telah berhasil mendivestasi ruas Tol Bocimi senilai Rp755 miliar.
“Untuk tahun 2025, selanjutnya adalah [ruas tol] Pemalang-Batang, lalu Pejagan-Pemalang,” sebut Purnomo. Bahkan WSKT sudah memproyeksikan divestasi ruas tol Pasuruan-Probolinggo pada tahun 2027.
Hingga Oktober 2024, WSKT sudah mendivestasi 10 ruas tol senilai total Rp15,6 triliun. “10 ruas jalan tol harus kita lepas, demi keberlanjutan bisnis. Ini tentang bagaimana komitmen kita menyelesaikan kewajiban pada kreditor dan investor,” aku Hanugroho.
WSKT diketahui tengah menjalani proses restrukturisasi 2 fasilitas perbankan dan 4 seri obligasi non-penjaminan senilai total Rp36,35 triliun. (ZH)