DOID - PT. Delta Dunia Makmur Tbk

Rp 600

+10 (+2,00%)

JAKARTA – PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), perusahaan tambang dan kontraktor jasa pertambangan, menatap optimis tahun 2025 setelah sukses mengakuisisi beberapa tambang di luar wilayah Indonesia. Salah satunya adalah akuisisi Atlantic Carbon Group, Inc (ACG) senilai US$122,4 juta atau Rp1,98 triliun.

DOID diketahui telah mengakuisisi mayoritas saham ACG, salah satu produsen batu bara antrasit ultra-high-grade (UHG) terbesar di Amerika Serikat (AS), yang menandakan langkah awal ekspansi DOID ke negara Paman Sam.

“Salah satu impact dari Atlantic adalah, karena dia bisnis yang denominated menggunakan currency US Dollar, jadi ini juga diversifikasi, karena tadinya, kan, hanya rupiah dan dolar Australia, sekarang ada US Dollar juga,” jelas Iwan Fuad Salim, Direktur DOID.

Dalam Paparan Publik DOID hari ini (10/12), manajemen memang mengaku bahwa anjloknya laba bersih perseroan menjadi rugi US$27 juta per Juni lalu disebabkan oleh depresiasi rupiah dan dolar Australia terhadap dolar AS.

“Kita berharap bahwa kalaupun ada swing lagi dari rupiah terhadap US Dollar, tadinya kita tidak ada cushion di tahun 2024 awal, akhir tahun ini mulai kelihatan efek dari currency yang lebih terdiversifikasi,” sambung Salim.

Selain itu, Salim mengaku bahwa batu bara jenis antrasit ini lebih resilien terhadap fluktuasi harga batu bara. “Karena antrasit harganya naik terus—karena supply-nya lebih sedikit dibandingkan tingkat permintaan—kita berharap ada kontribusi yang terdiversifikasi dari US,” jelasnya.

Diversifikasi ke arah batu bara non-termal, termasuk antrasit, memang sejalan dengan target DOID untuk mencapai kontribusi batu bara termal maksimum 50% dari pendapatan pada tahun 2028. Hingga semester-I, DOID mencatatkan proporsi pendapatan batu bara termal sebesar 76%.

“Kalau melihat perkembangan perusahaan, kami cukup yakin, di akhir tahun ini, proporsi [batu bara] termal berkurang lagi ke 72%, karena proporsi [batu ba] non-termal naik dari 24% ke 28%,” tutup Salim. (ZH)