JAKARTA – Keputusan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga diperkirakan membuat aksi jual di pasar modal Indonesia tetap dominan akhir tahun ini.

Menurut Bella Ghassany, Investment Analis Indoasia Aset Manajemen, BI mempertahankan suku bunga di level 6% kemarin hanya untuk mempertahankan valuasi nilai tukar rupiah. “Karena sudah tidak ada intervensi lagi yang bisa dilakukan,” kata Bella, kepada idnfinancias.com hari ini.

Penahanan suku bunga yang dilakukan BI pun cenderung membuat investor wait and see. “Karena artinya masih banyak ketidakstabilan ekonomi atau ada sesuatu yang harus dijaga dan dipertaruhkan,” jelas Bella.

Di sisi lain, kata Bella, pola investasi investor asing lebih banyak memarkir dananya dibandingkan dengan masuk ke pasar modal Indonesia. Hal ini turut mendorong kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung melemah.

Sebagaimana disampaikan idnfinancials.com sebelumnya, kinerja IHSG menunjukkan reli penurunan dalam 5 hari perdagangan terakhir. Pada perdagangan Rabu (18/12) kemarin, IHSG ditutup pada level 7.107,88 atau 0,70% lebih rendah dari hari sebelumnya.

Bella menambahkan, BI juga harus membuat keputusan sulit. Jika menurunkan suku bunga, akan berdampak pada anjloknya valuasi rupiah. “Tapi kalau mempertahankan suku bunga, market kurang happy,”  kata Bella.

Meskipun demikian, kata Bella, masih banyak analis yang optimis dengan window dressing akhir tahun ini. “Tapi banyak juga yang ragu apakah window dressing bisa seheboh biasanya,” ungkap Bella. (KR)