JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan 407 pencatatan efek sepanjang 2025, termasuk di dalamnya 66 Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering/IPO).

Iman Rachman, Direktur Utama BEI, mengaku cukup optimis dengan target itu, meskipun perekonomian global masih dibayangi oleh risiko suku bunga tinggi. “Kalau kita bicara IPO, ini adalah tentang kebutuhan dana,” kata Rachman, usai pembukaan perdagangan hari pertama tahun ini.

Iman juga mengakui, perusahaan memiliki berbagai pilihan pendanaan masing-masing seperti penerbitan surat utang, fasilitas perbankan, dan pasar modal. Dengan bayang-bayang suku bunga tinggi, kata Iman, perusahaan memiliki alternatif pendanaan di bursa lewat penerbitan efek.

“Kalau tingkat bunga tinggi, mereka [perusahaan] akan berhitung. Mungkin mereka memilih surat utang atau perbankan, atau IPO. Itu adalah pilihan,” ungkap Iman.

Sementara itu I Gede Nyoman Yetna, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, menyebut ada 3 calon emiten yang memiliki kapitalisasi pasar (market capitalisation) di atas Rp3 triliun. Ketiganya berasal dari sektor basic materials, energi, dan kesehatan.

“Perusahaan lighthouse ada 3. Prosesnya di tahun ini,” ungkap Yetna.

Sebagai catatan, akhir tahun kemarin BEI mencatat ada sekitar 20 perusahaan yang sudah berada di pipeline dan carry forward ke tahun ini. Sebelumnya dilaporkan oleh idnfinancials.com, awal tahun ini ada 3 calon emiten yang tengah memasuki periode IPO. Ketiganya adalah PT Asuransi Digital Bersama Tbk (YOII), PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), dan PT Kentanix Supra Internasional Tbk (KSIX). (KR)