JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan mengevaluasi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) perusahaan pertambangan untuk periode 2024-2026, terutama untuk perusahaan tambang nikel.

Tri Winarno, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, mengatakan evaluasi ini dilakukan agar perusahaan tambang nikel tidak ugal-ugalan dalam hal produksi. Pemangkasan produksi ini, kata Winaro, bahkan mungkin saja dilakukan terutama jika ada perusahaan yang tidak berkomitmen dengan jaminan reklamasi pasca-tambang dan kecelakaan tambang.

“Intinya kita akan lakukan evaluasi, lah,” ungkap Winarno, dikutip CNBC Indonesia pekan lalu.

Menurut data yang dihimpun IDN Financials, produksi bijih nikel Indonesia pada 2024 kemarin mencapai 215 juta ton per tahun. Ini lebih tinggi dari realisasi produksi 2023, yang hanya mencapai 175,6 juta ton.

Winarno menambahkan, pemangkasan produksi nikel juga bisa menjaga harga jual di pasar global. “Kita eksportir terbesar di dunia, coba kita evaluasi,” jelas Winarno.

Awal tahun ini, harga nikel di pasar global sempat menyentuh level terendahnya dalam 4 tahun terakhir ke posisi US$14.767,50 per ton. (KR)