JAKARTA – Di balik meroketnya startup DeepSeek dari China, ada tim berisi anak-anak muda pengembang model AI yang menjadi rival bagi ChatGPT buatan OpenAI dari Amerika Serikat (AS).

Pendiri DeepSeek yaitu Liang Wenfeng memulai rekam jejaknya di bidang AI lewat Fire-Flyer. Ia merupakan proyek riset deep-learing dari High-Flyer, proyek hedge fund yang didirikan pada 2025, dengan dana kelolaan awal US$15 miliar.

Beberapa tahun setelah beroperasi, High-Flyer memiliki pasokan perangkat kartu grafis (GPU) cukup banyak, yang sebelumnya dipakai untuk analisis data keuangan Fire-Flyer.

Wenfeng kemudian memanfaatkan sumber daya keuangan dan perangkat tersebut untuk membangun DeepSeek, hingga merilis model terbarunya (R1) pada 20 Januari kemarin. Model terbaru ini cukup menggemparkan pasar saham AS, karena harganya dibanderol lebih murah dari ChatGPT dan kode sumbernya dibuka untuk publik.

Kepada media lokal China, 36Kr, Wenfeng mengaku pengembangan DeepSeek murni didasari oleh semangat pengetahuan, bukan hanya mencari keuntungan. “Karena secara komersial memang tidak berharga. Return-on-Investment (ROI) untuk riset di bidang sains pun sangat kecil,” ungkap Wenfeng.

Oleh karena itu, Wenfeng melibatkan anak-anak muda dengan visi yang sama dalam pengembangan DeepSeek. “Tim inti kami yang menangani hal teknis kebanyakan diisi oleh anak-anak yang baru lulus kuliah, dalam 1-2 tahun terakhir,” Wenfeng.

Ia mengaku strategi ini sanggup menciptakan budaya kolaborasi, di mana orang-orangnya bisa mendapatkan akses sumber daya gratis yang cukup untuk mengerjakan proyek yang tidak umum. Strategi ini juga jauh berbeda dengan para pelaku industri teknologi di China lainnya, yang saling berkompetisi untuk mendapatkan sumber daya paling unggul.

Wenfeng bahkan menegaskan, ia lebih suka menempatkan anak muda kreatif dibandingkan dengan yang telah berpengalaman, dalam mengembangkan DeepSeek. Karena bagi Wenfeng, kreativitas dan semangat berkembang lebih penting dibandingkan dengan pengalaman kerja. (KR)