JAKARTA – Pemerintah Indonesia berupaya memperkuat perdagangan komoditas nikel melalui bursa berjangka, dengan harga acuan yang tengah disiapkan.

Tirta Karma Senjaya, Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), mengatakan langkah ini cukup penting karena Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. “Indonesia harus mengoptimalkan perdagangan nikel untuk meningkatkan pendapatan negara,” ungkap Senjaya, di Jakarta pekan lalu.

Sementara saat ini, kata Senjaya, harga nikel masih mengacu bursa luar negeri.

Senjaya menambahkan, komoditas nikel sangat potensial jadi subjek kontrak berjangka di Bursa Berjangka Indonesia (BBI). Ia mengaku upaya ini dapat mendorong pembentukan referensi harga nikel di pasar nasional dan global, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011, tentang perdagangan berjangka komoditi.

Sebagai catatan, produksi nikel di Indonesia telah mencapai 1,8 juta ton pada 2023, menurut data United States Geological Survei. Angka ini mewakili 50% volume produksi nikel dunia.

Kementerian Perdagangan (Kemendag) juga mencatat Indonesia telah menjadi eksportir nikel terbesar di dunia. Sejumlah yang menjadi tujuan ekspor nikel dari Indonesia, menurut Kemendag, yaitu Tiongkok, Jepang, Norwegia, Belanda, dan Korea Selatan. (KR)