JAKARTA – Johor Bahru, Malaysia, kini menjadi kawasan pusat data centre paling menarik di Asia Tenggara, membuat Indonesia harus berpacu dengan kemajuan dan tren teknologi terbaru, seperti Artificial Intelligence (AI), untuk mengakomodasi calon investor dalam segmen data centre ini.

“Mereka harus membuat data centre dengan spek yang lebih tinggi, sehingga mereka harus menyediakan tanah atau fasilitas untuk AI,” sebut Farazia Basarah, Country Head and Head of Logistics & Industrial JLL Indonesia, dalam Media Briefing JLL Indonesia hari ini (5/2).

Namun, Farazia juga menyebutkan bahwa tren investasi data centre di Indonesia masih sangat menarik. “Untuk cloud, storage-nya rata-rata di Indonesia. Kita juga penduduknya banyak, dengan tingkat usage of internet-nya juga cukup banyak,” jelasnya.

Selain itu, kemajuan teknologi AI juga menjaga potensi industri data centre dalam negeri tetap ekspansif. Menurut Farazia, perusahaan data centre eksisting tidak hanya melakukan perluasan, namun juga mulai berinvestasi pada lahan untuk mempersiapkan data centre yang dapat mengakomodasi teknologi AI.

“Bahkan di kuartal-I atau di Januari sudah ada beberapa demand untuk AI. Kita sudah melihat bahwa AI sudah masuk ke Indonesia, dan mereka terus berprospek di Indonesia,” ungkapnya.

Berdasarkan paparan JLL Indonesia, tingkat hunian (occupancy rate) data centre di Indonesia memang masih stagnan di angka rata-rata 60-70%. Namun, Farazia percaya bahwa jika pemain data centre masuk ke sektor AI, maka kapasitas eksisting dapat diserap dengan baik, bahkan dapat memacu pertumbuhan persediaan data centre ke depannya. (ZH)