MDKA - PT. Merdeka Copper Gold Tbk

Rp 1.495

+75 (+5,00%)

JAKARTA. Laju pertumbuhan emiten pertambangan tengah menghadapi sejumlah tantangan, setidaknya hingga akhir 2024 lalu. Namun masih ada peluang untuk mengerek kinerjanya pada tahun ini.

Emiten seperti PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) kini tengah menggarap smelter aluminium di Kalimantan, bekerja sama dengan PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI). Pada akhir tahun lalu, ADMR telah menyuntikkan modal sebanyak Rp918 miliar untuk proyek ini.

Fasilitas pengolahan itu, ditargetkan menambah volume produksi aluminium ADMR sebanyak 500 ribu hingga 1,5 juta ton. Pembangunan smelter ditargetkan rampung pada tahun ini.

Di sisi lain, kinerja pendapatan AMDR naik 17% year-on-year (yoy) menjadi US$841 juta pada 9M 2024. Kemudian laba bersihnya juga meroket 33% yoy menjadi US$333 juta.

ADMR juga masih optimis dengan proyeksi volume penjualannya mencapai 5,2 juta ton pada 2024. Sementara volume penjualan tahun ini diproyeksi mencapai 6,3-6,6 juta ton pada 2025.

“Hal ini membuat fundamentalnya cukup kuat, sehingga ADMR mengantongi rekomendasi BUY dengan target harga Rp1.450,” tulis PT Ina Sekuritas Indonesia, dalam risetnya.

Sementara itu emiten seperti PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) mencatatkan kerugian US$67 juta, meskipun pendapatannya tumbuh 42,5% yoy pada 9M 2024. Lonjakan beban keuangan sebesar 22% yoy dan beban lain-lain, membuat margin laba MDKA tertekan.

Meskipun demikian, Ina Sekuritas Indonesia menilai MKDA masih punya prospek menarik. Terutama didukung oleh kenaikan 65% pada cadangan emas di proyek Bukit Tujuh. “Kenaikan cadangan ini akan menambah usia tambang hingga 1,5 tahun,” tulis Ina Sekuritas.

Sama seperti ADMR, saham MDKA juga mendapat rekomendasi BUY dari Ina Sekuritas Indonesia, dengan target harga Rp2.560. (KR)

Simak laporan selengkapnya di sini!