Tren IPO semakin turun, pasar Asia Tenggara kurang menarik?
![](https://photos.idnfinancials.com/d/1600x900/pixabay/asean-4692563_960_720.jpg&nc)
JAKARTA – Penggalangan dana lewat Initial Public Offering hanya dilakukan oleh 136 perusahaan di kawasan Asia Tenggara pada 2024, turun 16,6% year-on-year (yoy) atau dari tahun sebelumnya yang mencapai 163.
Menurut data Deloitte, salah satu dari 4 perusahaan jasa akuntan terbesar di dunia, total dana segar yang dihimpun lewat IPO di Asia Tenggara pada 2024 mencapai US$3,7 miliar. Angka ini lebih rendah 36% dibandingkan dengan perolehan dana IPO pada 2023, yang dihimpun oleh 163 perusahaan di Asia Tenggara.
Sepanjang 2024, sebanyak 55 perusahaan melangsungkan IPO di Malaysia. Kemudian 41 perusahaan menggelar IPO di Indonesia dan 32 perusahaan di Thailand. Sementara itu hanya ada 4 perusahaan yang melantai di bursa Singapura dan 3 perusahaan di bursa Filipina.
“Ketidakpastian ekonomi global yang diperburuk dengan perubahan kebijakan politik, menjadi tantangan tersendiri bagi pasar modal di seluruh dunia,” tulis Deloitte, dalam risetnya.
Meskipun demikian, kata Deloitte, Malaysia berhasil menghimpun dana IPO terbesar dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara. Namun total kapitalisasi pasar dari perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), menjadi yang terbesar di antara negara lain.
Di Indonesia, dua emiten yang menjadi sorotan IPO terbesar sepanjang 2024 adalah PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) dan PT Daya Intiguna Yasa Tbk (MDIY). AADI berhasil meraup dana segar sebanyak US$273 juta dari IPO yang digelar 5 Desember 2024, sementara MDIY meraup dana US$262 juta dari penawaran sahamnya pada 19 Desember 2024. (KR)