ARNA - PT. Arwana Citramulia Tbk

Rp 645

-5 (-1,00%)

JAKARTA – PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA), emiten produsen keramik, melaporkan pendapatan naik tipis 7,5% year-on-year (yoy) pada tahun 2024 menjadi Rp2,6 triliun per akhir Desember lalu.

Berdasarkan Laporan Keuangan 2024, penjualan ARNA kepada PT Catur Sentosa Adiprana Tbk (CSAP), pemilik jaringan retail Mitra10 dan Atria, masih mendominasi angka penjualan pada tahun 2024 dengan Rp1,82 triliun, atau setara 69,2% dari total penjualan.

Terlepas dari peningkatan moderat pada pendapatan, beban pokok penjualan yang turut meningkat membuat laba kotor cenderung stagnan, hanya bergerak dari Rp904,2 miliar menjadi Rp904,3 miliar per akhir Desember 2024.

Hal ini lantas menekan margin laba kotor perseroan turun tipis, dari 37% menjadi 34,3%.

Beberapa pos beban yang membengkak juga membebani kinerja bottom line ARNA, sehingga perseroan mencatatkan penurunan laba bersih 4,4% yoy pada akhir tahun 2024 menjadi Rp429,5 miliar, dari Rp449,1 miliar yang tercatat tahun 2023.

Di awal tahun 2025, tantangan ARNA sebagai pemain besar industri keramik adalah finalisasi kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) US$6/MMBTU.

HGBT adalah kebijakan pemerintah sejak tahun 2020 untuk memberikan harga gas bumi yang lebih terjangkau pada tujuh sektor industri tertentu, termasuk keramik. Namun, kebijakan ini terancam dihentikan akibat kenaikan harga gas bumi global.

Seperti yang diberitakan IDNFinancials bulan Januari lalu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, memberi sinyal positif kelanjutan kebijakan ini.

"Sekarang kalau dari tujuh (subsektor industri) itu rasanya hampir bisa dipastikan untuk dilanjutkan," pungkasnya di Sekretariat Kementerian ESDM, Kamis (16/1).  (ZH)