Aset CIMB Niaga Syariah naik 7,6%, semakin siap spin-off?

JAKARTA – Unit usaha syariah (UUS) PT Bank CIMB Niaga Syariah Tbk (BNGA) mencatatkan pembiayaan naik 9,14% year-on-year (yoy) pada tahun 2024, menyentuh angka Rp60,29 triliun per Desember lalu.
Pembiayaan bagi hasil mendominasi porsi pembiayaan Bank CIMB Niaga Syariah dengan Rp51,94 triliun, diikuti pembiayaan berbasis piutang sebesar Rp6,98 triliun, dan pembiayaan sewa Rp1,37 triliun.
Namun, berdasarkan Laporan Keuangan 2024 BNGA yang dirilis hari ini (20/2), pendapatan bersih merosot 2,77% yoy pada tahun 2024 menjadi Rp2,18 triliun.
Untungnya, beban operasional menyusut drastis pada tahun 2024, dari Rp327,13 miliar menjadi Rp53,67 miliar, sehingga menopang kinerja laba operasional naik 11,06% yoy menjadi Rp2,12 triliun.
Pada bottom line, Bank CIMB Niaga Syariah juga mampu mencatatkan kenaikan laba bersih 11% yoy menjadi Rp2,12 triliun pada tahun 2024.
Dari segi posisi keuangan, UUS ini mampu mencatatkan pertumbuhan aset hingga 7,58% yoy, dari Rp62,75 triliun menjadi Rp67,50 triliun per akhir Desember 2024.
Hal ini semakin menegaskan keharusan BNGA melakukan spin-off UUS, sesuai dengan Peraturan OJK yang mengharuskan UUS bank untuk spin off dalam waktu 2 tahun setelah asetnya mencapai Rp50 triliun, atau setara 50% dari total aset induk usahanya.
Januari lalu, Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, menyebutkan kemungkinan terjadi akuisisi dan merger sejumlah UUS dalam rangka membentuk Bank Umum Syariah (BUS) dengan aset jumbo.
Setelah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) mengumumkan rencana mengakuisisi PT Bank Victoria Syariah, anak usaha syariah PT Bank Victoria Internasional Tbk (BVIC), Januari lalu, pasar mulai mengantisipasi potensi BNGA mengakuisisi UUS bank lain untuk melancarkan proses spin-off CIMB Niaga Syariah. (ZH)