Harga minyak ambles, emiten migas bersiap hadapi tekanan

JAKARTA – Penurunan harga minyak global berpotensi jadi sentimen negatif bagi sejumlah emiten minyak dan gas (migas), menurut analis.
Pada Rabu (5/3) kemarin, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak berjangka April 2025 turun hingga 3% ke level US$66,21 per barel. Ini merupakan level terendah WTI sejak pertengahan November 2024.
Sedangkan harga minyak WTI pada perdagangan intraday sempat menyentuh US$65,22 per barel di hari yang sama, terendah sejak Mei 2023.
Penurunan harga itu terjadi setelah rilis data pasokan minyak mentah Amerika Serikat (AS), yang meningkat 3,6 juta barel jadi 433,8 juta barel pada akhir Februari 2025. Di sisi lain, OPEC+ juga akan melanjutkan rencana pemulihan produksi minyak pada April 2025.
Investment Analyst Stockbit Sekuritas, Hendriko Gani, menilai penurunan tersebut berpotensi jadi sentimen negatif jangka pendek bagi produsen dan penunjang migas. “Seperti MEDC, ENRG, WINS, ELSA, dan LEAD,” kata Gani, lewat keterangan tertulis.
PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) adalah perusahaan eksplorasi migas terbesar di Indonesia. Sementara itu PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS), PT Elnusa Tbk (ELSA), dan PT Logindo Samudramakmur Tbk (LEAD) bergerak di bidang jasa penunjang migas.
Dari sejumlah emiten ini, ENRG memiliki margin laba bersih 14,81% pada kuartal Q3 2024, lebih tinggi dari MEDC yang hanya di level 10,68%.
WINS memiliki margin laba bersih 25,98% untuk periode yang sama. Sementara LEAD 20,46%, dan ELSA hanya 3,25%. (KR)