ITIC - PT. Indonesian Tobacco Tbk

Rp 220

0 (0%)

JAKARTA - Meski pendapatan PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) naik, namun laba tahun berjalan emiten ini melandai di tahun 2024 dari tahun 2023. Penjualan emiten ini di kawasan Indonesia Timur menunjukkan pertumbuhan, khususnya di Papua, yang naik 10% year-on-year (yoy) dari tahun 2023.

Dalam Laporan Keuangan Tahun 2024 yang dipublikasikan pada Senin (10/3), Djonny Saksono, Direktur Utama ITIC, menyampaikan penjualan perusahaan naik 6,76% yoy menjadi Rp324,48 miliar dari pendapatan tahun 2023 senilai Rp303,92 miliar.

Margin laba kotor di tahun 2024 tercatat di level 21,35%, melandai dari 24,81% di tahun 2023, sementara laba tahun berjalan tercatat Rp21,24 miliar, turun 21,22% yoy dari Rp26,96 miliar.

Mayoritas penjualan ITIC berasal dari pasar domestik, dengan pangsa terbesar di Kawasan Indonesia Timur. Di Papua, penjualan perusahaan mencapai Rp238,68 miliar atau 73,55% dari total pendapatan, diikuti penjualan di Nusa Tenggara Rp51,45 miliar, Kalimantan Rp43,68 miliar, Sulawesi Rp29,29 miliar, Sumatera Rp1,89 miliar, dan daerah lainnya.

Untuk pasar ekspor, penjualan ITIC merambah ke Malaysia dengan hasil Rp731,80 juta, Singapura Rp521,62 juta, dan Jepang Rp20,89 juta.

Pada perdagangan Senin (10/3), saham ITIC dibuka pada level Rp214, sebelum naik ke harga tertinggi Rp216 dan mencatat harga terendah Rp204 per saham.

Dalam sepekan, saham ITIC naik 1,89% atau Rp4 menjadi Rp216, sedangkan dalam sebulan, harganya merosot 12,90% atau Rp32 per saham. Terakhir, dalam setahun, ITIC turun 24,48% atau Rp70 per lembar. (LK)