PGAS - PT. Perusahaan Gas Negara Tbk

Rp 1.540

-15 (-0,97%)

JAKARTA - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), anak usaha BUMN yang bergerak di sektor gas bumi, mengungkapkan perpanjangan program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) pada 2025 berpotensi menekan margin laba kotor (gross profit margin/GPM) perusahaan.

Direktur Utama PGAS, Arief Setiawan Handoko, mengatakan tarif HBGT kali ini dipatok pada kisaran US$6,5-7 per Million British Thermal Unit (MMBtu), sehingga akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan.

“Tapi, kami berharap kenaikan ini juga membawa dampak bagi PGAS,” ujar Arief, dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI di Kompleks Senayan, Jakarta, Rabu (12/3).

Meski belum membeberkan target pendapatan sepanjang 2024, menurut data IDNFinancials.com, PGAS mencatatkan laba bersih US$263,38 juta hingga kuartal III-2024. Perolehan ini meningkat 32,69% year-on-year (yoy).

Pendapatan PGAS juga tumbuh 4,67%, mencapai US$ 2,81 miliar. Sebagian besar pendapatan berasal dari pihak ketiga yang mencapai US$1,9 miliar, sisanya berasal dari pihak berelasi.

“Dengan adanya kebijakan HGBT yang baru, tantangan bagi PGAS ke depan adalah menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pendapatan dan dampak dari kenaikan tarif gas bagi margin laba perusahaan,” kata Arief.

Pada perdagangan Kamis (13/3), harga saham PGAS naik 4,30% hingga pukul 14.46 WIB. Namun dalam sebulan terakhir, harga saham PGAS merosot 3,08%. (DK/KR/VA)