Penjualan INTP melonjak 84% saat industri semen loyo pada 2024

JAKARTA - PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mencatat pertumbuhan volume penjualan 84% year-on-year (yoy) pada 2024, meskipun industri semen di Indonesia mengalami penurunan volume penjualan 0,4%.
"Volume penjualan kami tumbuh sangat baik, salah satunya karena adanya akuisisi (Semen Grobogan) yang kami lakukan," kata Presiden Direktur INTP, Christian Kartawijaya (tengah) dalam acara "Meet The CEO", sebuah program wawancara khusus IDNFinancials.com yang kali ini berkolaborasi dengan Suara.com, Rabu (12/3).
Christian diwawancarai oleh Mohamad Teguh, Pemimpin Redaksi IDNFinancials.com (kiri) dan Suwarjono, Pemimpin Redaksi Suara.com (kanan).
Menurut Chistian, industri semen di Indonesia masih menghadapi tantangan besar, akibat kelebihan pasokan yang mencapai 55 juta ton. Namun di tengah tantangan ini, INTP bisa mempertahankan margin EBITDA pada kisaran 19% hingga kuartal ketiga (Q3) 2024.
“Kami optimistis kuartal IV-2024 akan lebih baik karena volume penjualan juga meningkat,” katanya.
Christian mengaku, oversupply di industri semen Indonesia bukan masalah baru. Pasalnya hal ini telah terjadi sejak 2014 dan terus berlanjut dengan banyaknya pendirian pabrik baru, milik pemain lokal hingga asing.
"Saat itu banyak perusahaan yang awalnya bergerak di sektor lain, seperti tekstil dan kelapa sawit, mengalihkan bisnisnya ke industri semen, sehingga terjadi kelebihan pasokan hingga 50%," kata Christian.
Saat ini tingkat utilisasi pabrik semen di Indonesia masih tergolong rendah, di kisaran 55%. Menurut Christian, konsolidasi di industri semen menjadi strategi utama untuk menjaga daya saing dan kesehatan industri.
"Kami telah melakukan konsolidasi dengan Semen Grobogan di Jawa Tengah dan Bosowa di Sulawesi Selatan. Selain itu, Semen Gresik juga mengakuisisi Oism Semen dan Semen Baturaja, menunjukkan tren konsolidasi yang semakin kuat," sambung Christian. (DK/ZH/KR)