JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot hingga 5,02% menuju 6.156,91 pada pukul 11.19 WIB hari ini (18/3), memaksa Bursa Efek Indonesia (BEI) memberlakukan trading halt pertama sejak pandemi Covid-19 pada 2020 lalu.

IHSG bahkan terus menyusut hingga 6,09% menjadi 6.080,49 hingga pukul 11.59 WIB siang ini setelah trading halt dibuka. Ini jauh berbeda dengan indeks saham global lainnya, yang justru menunjukkan pertumbuhan.

Mengutip data Bloomberg, IHSG mencatat penurunan terdalam di Asia dan juga ASEAN.

Pada saat IHSG anjlok, Nikkei 225 (TSE) naik 1,43% ke level 37.931, Hang Seng (HKSE) naik 1,81% ke 24.583, dan Shanghai Composite (SSE) naik 0,09% ke 3.429,36.

Di kawasan ASEAN, Strait Times Index (SGX) juga naik 1,02% menjadi 3.898,87, sedangkan KLCI (Bursa Malaysia) naik 1,04% menjadi 1.527,81.

Perlu diketahui, anjloknya IHSG terjadi di tengah net sell asing yang meroket hingga Rp24 triliun secara year-to-date.

Dalam sebuah wawancara singkat, direktur utama sebuah emiten pertambangan mengatakan bahwa investor asing sekarang khawatir dengan banyaknya ketidakpastian kebijakan dalam negeri maupun global.

“Kalau setahun terakhir ini sudah begitu banyak ketidakpastian di Indonesia maupun di global, investor asing khawatir empat tahun ke depan situasi akan lebih tidak jelas,” ungkapnya pada IDNFinancials.com hari ini (18/3).

Ia menambahkan, “Seorang investor asing bilang kepada saya,  I’m not worried about your company, but your country.”

Dia menjelaskan hal utama yang menjadi concern adalah banyak ketidakjelasan kebijakan, terutama mengenai Danantara, disertai rumor mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani. (ZH/KR/MT)