INTP optimis tahun ini pasar bakal tumbuh 1%-2%

JAKARTA – PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), salah satu produsen semen terbesar di Indonesia, optimistis proyeksi pertumbuhan pasar hingga 2% di tahun 2025.
Direktur Utama INTP, Christian Kartawijaya, menjelaskan bahwa perseroan menghadapi lemahnya permintaan semen akibat musim hujan dan bulan Ramadan di awal tahun.
Namun, lanjutnya, INTP optimis dengan proyeksi pertumbuhan pasar sebesar 1%–2% yang didukung oleh beberapa hal antara lain, proyek infrastruktur pemerintah yang sedang berjalan, termasuk beberapa proyek baru dan yang sudah ada dari sektor komersial dan industri.
Selain itu, terdapat juga program pemerintah lain seperti perpanjangan diskon PPN untuk kepemilikan rumah baru, program tiga juta rumah per tahun, dan renovasi sekolah, yang diperkirakan bisa menjadi pendorong positif bagi permintaan semen.
INTP juga mulai berfokus pada efisiensi biaya. Peningkatan penggunaan bahan bakar alternatif, lanjut Christian, juga merupakan salah satu inisiatif utama INTP di tahun 2025.
"Kebijakan ini tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan tetapi juga secara ekonomi,” kata Christian saat Public Expose, Selasa (25/3)
Secara internal, INTP berencana menekan pengeluaran dengan mengidentifikasi area-area yang biayanya dapat dikurangi, tanpa mengorbankan kualitas dan layanan.
“Kami juga mengendalikan biaya yang lebih agresif serta optimalisasi produksi di Pabrik Grobogan dan pabrik sewa di Maros," jelasnya.
Sebelumnya, INTP mencatatkan kinerja solid sepanjang tahun 2024 dengan membukukan laba bersih sebesar Rp2 triliun, naik 3,0% dibandingkan tahun sebelumnya.
Di tengah tekanan pasar semen domestik yang melemah 0,4%, INTP tetap menunjukkan pertumbuhan positif berkat ekspansi operasional dan strategi efisiensi biaya yang efektif.
Sepanjang tahun 2024, INTP mencatat volume penjualan domestik (semen dan klinker) sebesar 20,496 juta ton, naik 5,9% dibandingkan tahun sebelumnya, terutama berkat kontribusi dari integrasi Pabrik Semen Grobogan. Sementara itu, total ekspor sebesar 317 ribu ton atau turun 45,3%. (EF/ZH)