Dirut SMDR Bani Mulia: dolar kuat tidak merugikan kami

JAKARTA - Bani M. Mulia, Direktur Utama PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR), perusahaan jasa angkutan laut, menyoroti dampak fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap operasional pelayaran.
Menurut Bani, mayoritas armada perusahaan beroperasi di pasar internasional dengan pendapatan dalam dolar Amerika Serikat (AS). Oleh karena itu, penguatan dolar AS terhadap rupiah tidak memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap kinerja perusahaan.
"Kami memiliki dua segmen bisnis dengan dampak yang berbeda. Untuk kapal yang beroperasi di pasar internasional, sebagian besar pendapatan diperoleh dalam dolar AS. Dengan demikian, ketika dolar menguat, hal ini tidak berdampak merugikan bagi kami," ujar Bani, Rabu (26/3).
Namun, ia menambahkan bahwa beberapa komponen biaya, terutama yang berkaitan dengan investasi dan belanja modal (capital expenditure/capex), juga menggunakan mata uang dolar AS.
Sementara itu, untuk operasional pelayaran domestik yang menggunakan transaksi berbasis rupiah, perusahaan perlu menyesuaikan struktur biaya agar tetap seimbang dengan pendapatan.
Hingga saat ini, SMDR belum berencana menambah armada di segmen domestik, mengingat pembelian kapal dilakukan dalam dolar AS, sedangkan tarif angkutan dalam negeri masih ditetapkan dalam rupiah.
Di sisi lain, berdasarkan data Bloomberg, rupiah tercatat mengalami penguatan tipis sebesar 0,14%, ditutup pada level Rp16.581 per dolar AS pada perdagangan Rabu (26/3) lalu.
Pada perdagangan saham sesi I hari ini (27/3), hingga pukul 09.51 WIB, harga saham SMDR turun 1,72% dari Rp232 menjadi Rp228 per lembar. (DK/ZH/VA)