DOID - PT. BUMA Internasional Grup Tbk

Rp 384

-8 (-2,00%)

JAKARTA – PT Buma Internasional Grup Tbk (DOID), emiten kontraktor pertambangan, membukukan kerugian US$61,2 juta pada 2024, akibat berbagai tantangan operasional dan nilai tukar kurs.

Berdasarkan laporan keuangan 2024, pendapatan DOID turun 4% year-on-year (yoy) menjadi US$1,8 miliar. Namun dengan kenaikan beban pendapatan 1%, laba kotor perseroan ikut terkontraksi 38% menjadi US$153 juta.

EBITDA DOID juga anjlok 24% menjadi US$314 juta pada 2024. “Akibat penurunan produksi dan biaya ramp-down di situs Lati & Binungan,” ungkap manajemen.

Dari segi operasional, overburden removal DOID turun 12% menjadi 545 MBCM, karena faktor cuaca buruk dan ramp-down. Di sisi lain, produksi batu bara masih tumbuh tipis 5% menjadi 90 juta ton.

Menurut Iwan Fuad Salim, Direktur DOID, saat ditemui di Jakarta pada Senin (24/3), curah hujan di Indonesia dan Australia yang naik 38% dan 53% menekan kinerja operasional perseroan di 2024.

Berbagai tantangan itu membuat DOID mengalami kerugian US$61,3 juta pada 2024, merosot 270% dari perolehan tahun sebelumnya yang mencetak laba bersih US$36 juta.

“Disebabkan oleh nilai tukar mata uang sebesar US$19 juta akibat melemahnya IDR dan AUD, dan biaya financing untuk mendukung pertumbuhan, tanpa dampak pada kas,” jelas manajemen.

DOID akan merampungkan akuisisi 51% Dawson Complex, tambang batu bara metalurgi di Australia pada 2025. Akuisisi ini ditargetkan tuntas pada kuartal-II 2025 dan mulai berkontribusi terhadap pendapatan grup secara konsolidasian. (ZH/KR)