JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar off-shore (non-deliverable forward/ NDF) semakin melemah, bahkan sempat menyentuh level Rp17.261 per dolar AS pagi ini (7/4), posisi terendahnya dalam sejarah.

Nilai tukar tergelincir dalam dari Rp16.555 per US$, yaitu posisi rupiah di pasar reguler pada hari terakhir sebelum libur panjang Idul Fitri dan Nyepi, Kamis, 27 Maret 2025.

Perlu diketahui, nilai tukar di pasar NDF, atau non-deliverable forward, adalah nilai tukar yang digunakan dalam kontrak berjangka valuta asing (valas).

NDF biasanya digunakan untuk mata uang yang tidak bebas dikonversi (non-convertible currencies), seperti yuan Tiongkok dan rupiah Indonesia.

Cara kerja kontrak berjangka valas adalah dua pihak akan menyepakati untuk menukar selisih nilai tukar mata uang tertentu pada tanggal tertentu di masa depan, tanpa melibatkan pertukaran fisik mata uang tersebut.

Dengan kata lain, pembeli kontrak NDF (USD/IDR) akan mendapat pembayaran dari selisih antara kurs yang disepakati (forward rate) dan kurs aktual saat jatuh tempo (spot rate) dalam mata uang konversi, umumnya dolar AS.

Di sisi lain, meskipun tidak menggambarkan harga saat ini, harga di pasar NDF seringkali mempengaruhi pembentukan harga, sehingga dapat menjadi indikasi harga spot. Hal ini berarti bahwa rupiah berpotensi terus melemah di minggu ini.

"NDF itu kalau di pasar modal gampangnya sejenis saham untuk goreng-menggoreng. Mestinya Bank Indonesia juga intervensi di NDF. Karena besar pengaruhnya di persepsi pasar kalau rupiah dibiarkan di-corner dengan mudah begitu saja,” ujar seorang pengusaha yang bergerak di industri keuangan.

Terkait dengan hal itu, Bank Indonesia, di Rapat Dewan Gubernur hari ini (7/4), memutuskan intervensi di pasar off-shore (non-deliverable forward /NDF) guna stabilisasi nilai tukar Rupiah dari tingginya tekanan global. 

Kebijakan tarif resiprokal yang diumumkan pemerintah AS tanggal 2 April 2025 dan respons kebijakan retaliasi tarif oleh pemerintah Tiongkok tanggal 4 April 2025 telah menimbulkan gejolak pasar keuangan global, termasuk arus modal keluar dan tingginya tekanan pelemahan nilai tukar di banyak negara, khususnya negara emerging market.

Bank Indonesia menilai dan menyadari adanya tekanan terhadap nilai tukar Rupiah yang telah terjadi di pasar off-shore NDF di tengah libur panjang pasar domestik dalam rangka Idulfitri 1446H.​

Intervensi dilakukan Bank Indonesia secara berkesinambungan di pasar Asia, Eropa, dan New York. Bank Indonesia juga akan melakukan intervensi secara agresif di pasar domestik sejak awal pembukaan perdagangan pada 8 April 2025 dengan intervensi di pasar valas (Spot dan DNDF) serta pembelian SBN di pasar sekunder. 

Selain itu, Bank Indonesia juga akan melakukan optimalisasi instrumen likuiditas Rupiah untuk memastikan kecukupan likuiditas di pasar uang dan perbankan domestik. Serangkaian langkah-langkah Bank Indonesia ini ditujukan untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah serta menjaga kepercayaan pelaku pasar dan investor terhadap Indonesia. (ZH/MT)