NEW YORK- Chef Executive Officer (CEO) BlackRock Inc Larry Fink mengaku ketakutan terkait kondisi ekonomi akibat ketidakpastian yang disebabkan perang tarif global uang dipicu oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

 “Sangat ketakutan dalam jangka pendek,” ujar Fink dalam wawancara CNBC seperti dikutip investing.com (11/4).

Fink mengulang pernyataannya sebelumnya yang disampaikan di Economic Club of New York, yaitu, “Saya rasa kita sangat dekat dengannya, jika tidak sedang berada dalam, resesi saat ini.”

Pada hari Rabu lalu, Trump mengumumkan jeda 90 hari terhadap tarif perdagangan AS bagi mitra dagangnya.

Fink memprediksi ekonomi akan mengalami perlambatan sampai ada kepastian yang lebih besar. 

Ia juga berpendapat bahwa jeda tarif yang dilakukan Trump justru menciptakan lebih banyak ketidakpastian dan mendorong kebingungan lebih lanjut.

Salah satu masalah terbesar yang dihadapi perusahaan saat ini adalah alokasi modal, dan Fink setuju bahwa, “Tidak diragukan lagi, belanja modal (capex) sedang menurun saat ini hingga kita memiliki pemahaman yang lebih jelas.”

Meski ketidakpastian masih menyelimuti ekonomi AS, Fink menegaskan bahwa hal tersebut bukan alasan untuk berdiam diri. Ia mendorong perusahaan untuk “mencari solusi” terhadap ketidakpastian, bukan terjebak dan stagnan karenanya.

Di BlackRock, Fink mengaku tetap sangat sibuk, “menghabiskan lebih banyak waktu bersama lebih banyak klien secara global.” 

Banyak perusahaan yang beralih ke BlackRock dan firma serupa untuk mencari bantuan dan panduan di tengah kondisi ekonomi global yang tidak pasti.

Fink menambahkan, “Ini bukan pandemi, ini bukan krisis keuangan, ini adalah sesuatu yang kita ciptakan sendiri.” 

Ia juga menyoroti perubahan posisi AS yang tadinya menjadi jangkar dan penstabil global, kini berubah menjadi sumber ketidakstabilan global.

Namun demikian, Fink tetap menyampaikan sedikit optimisme. Ia menyatakan bahwa tren makro seperti kecerdasan buatan (AI), pusat data, dan infrastruktur tidak akan berhenti meskipun ada ketidakpastian saat ini, meski ia mengakui kemungkinan adanya penundaan dalam inovasi. “Saya tetap optimis dalam jangka panjang,” ujarnya.

Terlepas dari ketidakpastian dan kebingungan ekonomi, keyakinan Fink terhadap kapitalisme AS tetap kuat, dan ia menyebutkan bahwa para klien masih termotivasi untuk membangun. “Dalam jangka panjang, saya tidak terlalu khawatir dengan beberapa isu ini, tapi dalam jangka pendek, saya sangat ketakutan,” pungkasnya.

Komentarnya ini muncul setelah BlackRock melaporkan hasil yang beragam untuk kuartal pertama tahun fiskal 2025. Raksasa manajemen aset tersebut mengalahkan ekspektasi analis dalam hal laba per saham, jauh di atas konsensus sebesar $11,30, namun sedikit meleset dalam hal pendapatan dan aset kelolaan (AUM).

Mengenai hasil tersebut, Fink berkata, “Ketidakpastian dan kecemasan tentang masa depan pasar dan ekonomi mendominasi percakapan dengan klien.” (DK/MT)